Pendahuluan Motion Sickness
Motion sickness atau mabuk perjalanan adalah suatu sindrom yang terjadi sebagai respons terhadap gerakan nyata atau yang dirasa pasien. Gejalanya dapat beragam, termasuk mual, muntah, pusing, dan gejala otonom. Ada variabilitas individu dalam kerentanan motion sickness, karena beberapa individu mungkin mengalami gejala dengan provokasi minimal dan pada orang lain mungkin sangat sulit untuk menyebabkan gejala.[1]
Motion sickness adalah diagnosis klinis yang dapat ditegakkan berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik. Pemeriksaan penunjang hanya dilakukan untuk menyingkirkan diagnosis lain. Motion sickness terjadi ketika ada ketidakcocokan antara input sensorik sebenarnya dan yang diharapkan. Meskipun mekanisme neurobiologis yang pasti belum jelas, ada beberapa teori yang menjelaskan penyebab motion sickness, yaitu sensory conflict theory, neural mismatch, dan mekanisme neurotoksin.[2,3]
Data epidemiologi menunjukan motion sickness lebih sering terjadi pada wanita dan mencapai puncak pada usia praremaja. Mortalitas sangat jarang, dan umumnya disebabkan oleh jatuh atau bahaya selama melakukan perjalanan.
Penatalaksanaan utama dari motion sickness bukanlah secara farmakoterapi, melainkan melalui perubahan perilaku. Terapi farmakologi akan efektif jika digunakan sebagai terapi profilaksis atau pada saat awal muncul gejala. Rujukan diperlukan bila gejala menetap hingga lebih dari 72 jam.[2,4]