Pendahuluan Amenorrhea Primer
Amenorrhea primer adalah kondisi di mana seorang perempuan tidak mengalami menstruasi pertama kali atau menarke hingga usia 15 tahun, meskipun perkembangan seksual sekunder seperti pertumbuhan payudara sudah terjadi. Kondisi ini berbeda dari amenorrhea sekunder, di mana menstruasi telah dimulai tetapi kemudian berhenti selama 3 siklus berturut-turut atau lebih pada wanita yang sebelumnya mengalami siklus teratur.[1]
Etiologi amenorrhea primer meliputi berbagai faktor genetik, anatomi, dan endokrin yang mengganggu perkembangan atau fungsi sistem reproduksi. Penyebab genetik yang umum termasuk sindrom Turner (45,X) di mana kegagalan ovarium prematur terjadi akibat kelainan kromosom. Etiologi lain adalah sindrom insensitivitas androgen di mana individu 46,XY mengalami resistensi terhadap androgen.
Penyebab anatomi mencakup malformasi kongenital seperti agenesia uterus atau vagina (sindrom Mayer-Rokitansky-Küster-Hauser). Gangguan endokrin, seperti hipogonadisme hipogonadotropik akibat defisiensi gonadotropin atau hipopituitarisme, juga dapat menyebabkan amenorrhea primer.[2]
Amenorrhea primer terjadi pada sekitar 0.1% remaja putri. Walaupun prevalensinya rendah, amenorrhea primer dapat menjadi tanda kelainan endokrin yang mendasari, penyakit kronis, penyimpangan gen, atau anomali duktus Mullerian. Apabila terdapat pasien yang secara klinis terdiagnosis amenorrhea primer, evaluasi awal yang dapat dilakukan adalah dengan memeriksa tanda kehamilan, ultrasonografi pelvis, serta kadar hormon seks dan tiroid.[2-5]
Manajemen akan bergantung pada penyebab. Terapi hormon umumnya diberikan pada pasien dengan hipogonadisme untuk memicu perkembangan seksual dan menjaga kesehatan tulang. Jika penyebabnya adalah malformasi anatomi, intervensi bedah dapat diperlukan, seperti rekonstruksi vagina pada sindrom Mayer-Rokitansky-Küster-Hauser. Pada kondisi seperti sindrom Turner, terapi hormon juga dipadukan dengan perawatan spesifik lainnya, seperti pemantauan fungsi tiroid dan jantung.[2,4,5]