Penatalaksanaan Perdarahan Postpartum
Penatalaksanaan perdarahan postpartum atau postpartum hemorrhage (PPH) terdiri dari 2 tahap, yaitu tata laksana umum dan khusus. Tata laksana umum adalah penilaian dan penanganan kegawatdaruratan, termasuk tanda-tanda syok hipovolemik. Sedangkan tata laksana khusus diberikan sesuai dengan penyebab perdarahan, yaitu 4T (tonus, tissue, trauma, thrombin).[2,9,11]
Tata Laksana Umum
Tindakan awal untuk pasien perdarahan postpartum adalah penilaian dan penanganan kegawatdaruratan, termasuk tanda-tanda syok hipovolemik. Tata laksana umum meliputi:
- Memberikan terapi oksigen
- Memasang jalur intravena (IV) dengan jarum besar (ukuran 16 G atau 18 G), untuk resusitasi cairan dengan cairan kristaloid atau normal salin. Carian dapat diberikan secara bolus jika terdapat syok hipovolemik
- Memeriksa golongan darah crossmatch dan darah lengkap, untuk persiapan transfusi sesuai protokol. Transfusi darah diberikan apabila Hb <8 g/dL atau secara klinis menunjukkan tanda-tanda anemia berat
- Memasang kateter urin untuk memantau urine output
- Memantau tanda-tanda vital secara terus menerus
- Menentukan penyebab atau sumber perdarahan, untuk menentukan tata laksana khusus[2,9,11]
Tata Laksana Khusus
Penatalaksanaan khusus diberikan sesuai dengan penyebab perdarahan postpartum, yakni mnemonic 4T (tonus, tissue, trauma, thrombin).[7,9,13]
Tonus
Pada gangguan tonus, pemijatan uterus dapat dilakukan untuk membantu memperbaiki tonus dan menghentikan perdarahan. Selain itu, dapat diberikan obat-obat uterotonika yang merangsang kontraksi uterus, seperti :
Oksitosin: berfungsi untuk menstimulasi segmen atas dari miometrium agar dapat berkontraksi dengan teratur, dan dapat menimbulkan konstriksi arteri-arteri spiral serta menurunkan aliran darah ke uterus. Dosis yang direkomendasikan adalah 20‒40 IU dalam 1 liter normal salin, diberikan IV sebanyak 500 mL dalam 10 menit, kemudian selanjutnya 250 mL setiap jam
Misoprostol: bekerja dengan menginduksi kontraksi uterus secara menyeluruh. Dosis yang direkomendasikan adalah 800‒1000 μg per rektal, atau 600‒800 μg per sublingual/peroral. Misoprostol digunakan hanya jika tidak tersedia oksitosin[7,9,13]
Trauma
Pada keadaan trauma, misalnya laserasi jalan lahir, harus dilakukan penjahitan laserasi secara kontinu. Sedangkan pada inversio uteri dapat dilakukan reposisi uterus.[7,9,13]
Tissue
Pada keadaan retensio plasenta, dilakukan manual plasenta dengan hati-hati. Sedangkan pada sisa bekuan darah, dilakukan eksplorasi digital atau aspirasi vakum manual untuk mengeluarkan bekuan darah atau jaringan sisa.[7,9,13]
Thrombin
Pada kondisi gangguan faktor pembekuan darah, dapat diberikan transfusi darah lengkap untuk menggantikan faktor pembekuan darah dan sel darah merah. Selain itu, dapat juga diberikan asam traneksamat dengan dosis 1 gram. Dosis asam traneksamat dapat diulang jika perdarahan berlangsung >30 menit.[7,13]
Pembedahan
Pada PPH yang tidak dapat dihentikan dengan penatalaksanaan farmakologis atau manual, harus ditangani dengan teknik pembedahan. Tindakan pembedahan yang dapat dilakukan di antaranya ligasi arteri uterina, arteri ovarica, atau arteri iliaka interna. atau postpartum hemorrhage (PPH).[7,9,13]
Direvisi oleh: dr. Hudiyati Agustini