Pendahuluan COVID-19 (Coronavirus Disease 2019)
COVID-19 (coronavirus disease 2019) merupakan penyakit infeksi saluran pernapasan yang disebabkan oleh severe acute respiratory syndrome virus corona 2 (SARS-CoV-2), atau yang sering disebut virus Corona. Virus ini memiliki tingkat mutasi yang tinggi dan merupakan patogen zoonotik yang dapat menetap pada manusia dan binatang dengan presentasi klinis yang sangat beragam, mulai dari asimptomatik, gejala ringan hingga berat, bahkan sampai kematian.[1-3]
Karakteristik gambaran COVID-19 pada CT scan toraks nonkontras adalah ground glass opacification (GGO) bilateral, multilobar dengan distribusi periferal atau posterior. Walaupun kurang spesifik, USG toraks dan rontgen toraks juga dapat membantu menegakkan diagnosis COVID-19.[1,4,5]
Diagnosis COVID-19 dapat dikonfirmasi dengan dideteksinya viral RNA pada pemeriksaan nucleic acid amplification test (NAAT) seperti reverse transcription polymerase chain reaction (RT-PCR), dan tes serologi dari spesimen saluran pernapasan bawah. Hasil pemeriksaan laboratorium pada pasien COVID-19 tidak spesifik, tetapi limfopenia, peningkatan laktat dehidrogenase, dan peningkatan aminotransferase, umumnya sering ditemukan.[1,4,5]
Tidak ada terapi spesifik dalam penanganan virus penyebab COVID-19. Pilihan terapi COVID-19 berdasarkan WHO living guideline ditentukan berdasarkan tingkat keparahan gejala. Beberapa obat antivirus, seperti remdesivir dan molnupiravir tidak terbukti dapat menurunkan angka pasien dirawat di rumah sakit dan kematian.[6,7]
Pasien COVID-19 dengan tanpa gejala dan derajat ringan-sedang umumnya hanya disarankan isolasi di rumah dan menggunakan obat simptomatik. Pada pasien dengan infeksi derajat berat, dapat dirawat inap dan terkadang diperlukan tindakan intubasi dan ventilasi mekanik apabila terjadi gagal napas atau acute respiratory distress syndrome.[1,6-8]
Direvisi oleh: dr. Hudiyati Agustini