Pendahuluan Fever of Unknown Origin (FUO)
Fever of unknown origin (FUO) adalah demam tanpa penyebab yang jelas, yang saat ini didefinisikan dengan menggunakan istilah ‘FUO yang direvisi’. FUO dapat ditemukan pada beberapa kondisi, dari infeksi virus dan bakteri hingga keganasan seperti limfoma maupun leukemia.[1,2]
Istilah FUO didefinisikan pertama kali pada tahun 1961 oleh Petersdorf dan Beeson. FUO adalah peningkatan suhu tubuh di atas 38,3℃ pada >3 kali pemeriksaan selama setidaknya 3 minggu, tanpa adanya diagnosis yang ditegakkan setelah perawatan selama 1 minggu di rumah sakit.[1,2]
Etiologi FUO sangatlah banyak, meliputi lebih dari 200 kondisi medis. Penyebab FUO dapat dikategorikan menjadi infeksi, peradangan noninfeksi, neoplasma/malignansi, dan gangguan lain. Meskipun kemajuan medis telah tercapai selama ini, kira-kira seperempat FUO masih belum terdiagnosis.[3,4]
Anamnesis dan pemeriksaan fisik dilakukan dengan terfokus pada riwayat dan tanda-tanda yang berkaitan dengan FUO. Penyakit malignansi/neoplasma biasanya berhubungan dengan anoreksia pada awal penyakit dan penurunan berat badan yang signifikan; penyakit infeksius berhubungan dengan rasa panas dingin atau menggigil; sedangkan sinovitis berkaitan dengan penyakit rematik atau inflamasi (kecuali penyakit vaskulitis).[4]
Pemeriksaan penunjang dilaksanakan secara selektif dan berdasarkan petunjuk klinis, untuk mengerucutkan diagnosis dan menghindari pemeriksaan yang berlebihan. Sementara, tata laksana kasus FUO dimulai dengan perawatan suportif hingga ditegakkannya diagnosis. Langkah ini dilakukan karena mortalitas FUO rendah dan terapi awal dengan obat antipiretik atau antimikroba dapat menunda penegakan diagnosis.[2,4]
Namun, perlu diperhatikan bahwa ada beberapa diagnosis kerja, jika dicurigai, perlu segera diberikan terapi secara empiris. Diagnosis kerja tersebut yaitu endokarditis infektif, arteritis sel raksasa, dan tuberkulosis milier atau sistem saraf pusat.[2]
Pada tahun 1991, FUO dibagi menjadi 4 bagian, yaitu klasik, nosokomial, neutropenik, dan FUO yang berkaitan dengan HIV.[1]
FUO Klasik
Peningkatan suhu tubuh >38,3 ℃ pada beberapa kali pemeriksaan selama lebih dari 3 minggu meskipun telah dilakukan pemeriksaan selama 3 kali kunjungan rawat jalan atau 3 hari perawatan di rumah sakit atau 1 minggu pemeriksaan ambulatori invasif.[1]
FUO Nosokomial
Peningkatan suhu tubuh >38,3 ℃ pada beberapa kali pemeriksaan yang dilakukan pada pasien rawat inap yang menerima perawatan akut dan di mana infeksinya belum menunjukkan gejala dan tanda ketika admisi di rumah sakit. Investigasi selama 3 hari yang termasuk setidaknya 2 hari lama inkubasi kultur adalah syarat minimum untuk diagnosis ini.[1]
FUO Neutropenik atau FUO Imunodefisiensi
Peningkatan suhu tubuh >38,3 ℃ pada beberapa kali pemeriksaan yang diamati pada pasien di mana jumlah hitung neutrofilnya <500/μL atau diperkirakan akan berada pada jumlah tersebut dalam 1‒2 hari. Diagnosis ini perlu dipertimbangkan pada investigasi yang mencakup setidaknya 2 hari lama inkubasi kultur.[1]
FUO Berkaitan dengan HIV
Peningkatan suhu tubuh >38,3 ℃ pada beberapa kali pemeriksaan selama lebih dari 4 minggu atau lebih dari 3 hari pada pasien HIV yang dirawat inap. Diagnosis ini perlu dipertimbangkan jika investigasi yang sesuai lebih dari 3 minggu, termasuk 2 hari lama inkubasi kultur, tidak mengungkapkan adanya hasil.[1]
Direvisi oleh: dr. Hudiyati Agustini