Penatalaksanaan Gigitan Hewan
Penatalaksanaan gigitan hewan adalah manajemen luka yang harus segera dilakukan untuk mencegah terjadinya komplikasi akibat infeksi sekunder. Penatalaksanaan mencakup irigasi luka, debridemen, penutupan luka, dan penggunaan antibiotik sesuai indikasi. Kultur luka perlu dilakukan untuk memastikan kebutuhan antibiotik.
Irigasi Luka
Irigasi luka dilakukan di rumah dengan menggunakan air mengalir dan sabun. Tatalaksana ini penting untuk mencegah transmisi rabies. Pada setting rumah sakit, luka dapat di irigasi secara agresif dengan menggunakan larutan natrium klorida 0.9%. Volume larutan yang digunakan harus disesuaikan dengan ukuran luka dan kontaminasi yang terjadi. Secara umum dokter dapat menggunakan 250 hingga 500 mL larutan.[4-6,40]
Luka dengan kecurigaan tinggi rabies memerlukan irigasi povidone-iodine sebagai bentuk tatalaksananya. Selain itu luka dengan ukuran yang lebih besar dan melibatkan otot, tendon dan sendi, lakukan irigasi pulse dengan menggunakan larutan natrium klorida 0.9% atau povidone-iodine untuk menghilangkan debris, mengurangi kolonisasi bakteri dan mencegah infeksi sekunder.[5,12]
Debridement
Debridement pada kasus gigitan hewan dilakukan untuk menghilangkan robekan dan sisa jaringan yang masih melekat pada luka pasca dilakukan irigasi. Debridemen dengan bedah pada kepala dan wajah tidak bisa dilakukan secara ekstensif. Keterlibatan sendi dapat ditatalaksana dengan irigasi antiseptik dan drainase.
Pada cedera clenched fist, sendi yang mengalami keluhan harus diterapi dengan debridemen ekstensif, tenosinovektomi, irigasi,dan drainase. Imobilisasi pasca operasi dan fisioterapi dibutuhkan untuk memperbaiki fungsi sendi. Pada sendi yang mengalami infeksi, rencana operasi harus dilakukan dalam 48 jam berikutnya untuk mencegah kerusakan sendi dan imobilitas. Secara umum, operasi harus dilakukan 1-2 hari pada semua kasus dengan nekrosis ekstensif.[19,41]
Penutupan Luka
Penutupan luka pada kasus gigitan hewan dapat dilakukan sesuai jenis, lokasi dan luas gigitan. Luka pada wajah dapat segera dilakukan penjahitan dan penutupan luka primer. Pada luka di daerah tangan sebaiknya dibiarkan terbuka dan dikonsultasikan dengan dokter bedah. Luka dengan tanda infeksi seperti munculnya pus juga sebaiknya dibiarkan terbuka. Penggunaan jahitan subkutan tidak dianjurkan pada kasus gigitan hewan.[4,42,43]
Terapi Antibiotik
Terapi antibiotik pada kasus gigitan hewan diberikan pada indikasi adanya infeksi. Pemberian antibiotik profilaksis masih kontroversial. Data penelitian menunjukan bahwa keuntungan penurunan angka infeksi setelah pemberian antibiotik profilaksis hanya terjadi pada kasus gigitan hewan di tangan.[6,44]
Amoxicillin-clavulanate merupakan terapi profilaksis lini pertama pada gigitan hewan. Pasien dengan alergi penisilin dapat diberikan doksisiklin atau kombinasi klindamisin dan fluorokuinolon. Klindamisin tidak boleh digunakan sebagai obat tunggal karena tidak dapat mengeridikasi Pasteurella. Azitromisin dapat digunakan pada pasien hamil dengan evaluasi ketat, karena tingkat kegagalan terapi yang tinggi. Klindamisin, makrolida, penisilin isoxazole, sefalosporin generasi I, dan aminoglikosida tidak efektif pada infeksi P.multocida. C. canimorsus juga resisten pada aminoglikosida.[15,45]
Durasi pemberian antibiotik didasarkan pada tingkat keparahan kondisi, penyebaran infeksi, patogen dan respon terapi. Temuan klinis dan nilai CRP dapat digunakan untuk menentukan indikator efikasi terapi. Berikut rekomendasi durasi pemberian antibiotik pada kondisi-kondisi tertentu, yaitu:
Selulitis atau abses: 1 hingga 2 minggu
- Tenosinovitis: 2 hingga 3 minggu
osteomyelitis atau artritis: 3 hingga 6 minggu[19,34]
Vaksinasi
Pemberian vaksinasi setelah paparan atau Post-exposure prophylaxis (PEP) ditujukan untuk membangkitkan sistem imunitas terhadap virus rabies. Penentuan vaksin anti rabies (VAR) dan serum anti rabies (SAR) ditentukan berdasarkan kategori luka gigitan.
WHO membagi kategori paparan menjadi 3 kategori:
- Kategori 1: Menyentuh atau memberi makan hewan, kontak kulit intak dengan hasil sekresi/ekskresi hewan misalnya terjilat (tidak ada paparan)
- Kategori 2: Gigitan pada kulit yang tidak terlindungi, garukan/lecet ringan tanpa adanya perdarahan, luka kecil di tangan, badan dan kaki (terjadi paparan)
- Kategori 3: gigitan atau cakaran yang dalam atau pada kulit yang luka, kontaminasi membran mukosa dengan saliva dari jilatan, luka di atas bahu (muka, kepala, leher), luka pada jari tangan/kaki, genitalia, luka lebar dan dalam, luka multipel, terpapar dengan kelelawar (paparan berat)[7,25]
Kontak dengan penderita atau hewan yang terinfeksi rabies tanpa adanya luka tidak memerlukan VAR dan SAR. Pada kasus risiko rendah, VAR dapat diberikan kepada pasien, namun pada kasus dengan risiko tinggi VAR dan SAR harus segera diberikan kepada pasien.[7,8,25]
Berikut adalah regimen vaksin vaksinasi setelah paparan menurut WHO:
Tabel 2. Regimen Vaksinasi Pasca Paparan Menurut WHO
Status imunisasi | Jenis profilaksis | Regimen | Diberikan pada kategori |
Belum pernah divaksinasi | Vaksin rabies | ● 1 situs injeksi secara intramuskuler pada hari ke 0,3,7 dan antara hari ke 14-28, atau ● 2 situs secara intradermal pada hari ke 0,3 dan 7, atau ● 2 situs pada hari ke 0 dan 1 situs secara intramuskuler pada hari ke 7 dan 21 | 2 dan 3 |
Imunoglobulin rabies | Injeksi infiltrasi ke dalam dan sekitar luka dengan dosis: ● Equine immunoglobulin: 40 IU/kgBB ● Human immunoglobulin: 20 IU/kgBB | 3 | |
Sudah divaksinasi | Vaksin rabies | ● 1 situs injeksi secara intramuskuler pada hari ke 0 dan 3, atau ● 4 situs secara intradermal pada hari ke 0 atau ● 1 situs secara intramuskuler pada hari ke 0 dan 3 | 2 dan 3 |
Imunoglobulin rabies | Tidak diperlukan |
Sumber: WHO, 2018.[7]
Pelaporan Kasus
Pelaporan kasus rabies harus dilakukan pada saat dokter mencurigai atau menemukan kasus rabies pada pasiennya. Pasien harus dilaporkan baik dalam kondisi hidup maupun sudah meninggal. Kasus luka apapun yang melibatkan hewan liar yang bertindak ganas atau dicurigai terinfeksi rabies juga harus dilaporkan. Hewan yang telah menggigit pasien juga harus dicari dan diobservasi selama 10-14 hari. Jika hewan mati dalam periode waktu ini maka spesimen harus diambil dan dikirimkan ke laboratorium untuk membantu diagnosis. Hewan terinfeksi rabies harus dikubur minimal sedalam 1 meter atau dibakar untuk menghindari penularan ke hewan lain.[8,19]
Konsultasi Psikologis
Gigitan hewan dapat berdampak pada psikologis seseorang, terutama jika kasus terjadi pada anak-anak, ataupun melibatkan regio wajah pada orang dewasa. Pertimbangkan kondisi psikologis pasien dan sarankan untuk berkonsultasi dengan psikolog, terutama pada kasus berat.[18,22,34]