Edukasi dan Promosi Kesehatan Malaria Serebral
Edukasi dan promosi kesehatan pada malaria serebral umumnya sama dengan edukasi pada kasus malaria, yakni edukasi mengenai cara profilaksis kimia maupun profilaksis fisik untuk mengendalikan nyamuk vektor.
Edukasi Pasien
Pasien dan keluarga perlu diinformasikan mengenai tanda-tanda bahaya malaria serebral agar penanganan segera dapat diberikan bila terjadi malaria serebral. Tanda bahaya malaria serebral dapat berupa penurunan kesadaran, kejang, dan beragam manifestasi neurologis lainnya. Selain itu, dokter juga perlu menginformasikan pentingnya konsumsi obat sesuai anjuran untuk mencegah malaria serebral.
Upaya Pencegahan dan Pengendalian Penyakit
Profilaksis yang dapat dilakukan oleh masyarakat adalah penggunaan pakaian pelindung, penggunaan losion antinyamuk, penggunaan kelambu yang sudah dibubuhi insektisida saat tidur (insecticide-treated net), dan penyemprotan bagian dalam rumah dengan insektisida sekitar 1–2 kali per tahun.[4,8,10]
Untuk orang yang hendak bepergian ke daerah endemis, doksisiklin 100 mg/hari dapat dikonsumsi 1–2 hari sebelum bepergian, selama bepergian, hingga 4 minggu setelah pulang untuk profilaksis malaria. Anak-anak usia ≥ 8 tahun juga dapat mengonsumsi doksisiklin dengan durasi yang sama, tetapi dengan dosis 2.2 mg/kg dan maksimal 100 mg/hari. Atovaquone/proguanil juga dapat digunakan untuk profilaksis malaria, dengan dosis 250 mg/100 mg pada orang dewasa, yang hanya digunakan 1 kali.[4,17]
Pada ibu hamil yang tinggal di daerah endemis, WHO menyarankan profilaksis dengan konsumsi sulfadoxine-pyrimethamine pada setiap kunjungan antenatal care setelah trimester pertama. Kombinasi obat ini juga disarankan bagi bayi di daerah endemis, di mana dosis diberikan 3 kali dan dapat dijadwalkan sesuai jadwal imunisasi reguler.[4]
Direvisi oleh: dr. Irene Cindy Sunur