Penatalaksanaan Gangguan Bipolar
Penatalaksanaan gangguan bipolar meliputi psikoedukasi, medikamentosa sesuai episode, bila manik dapat dipertimbangkan mood stabilizer seperti lithium dan selective serotonin reuptake inhibitors (SSRI) dapat dipertimbangkan pada episode depresi. Tujuan terapi bukan untuk menyembuhkan pasien, tapi untuk mengendalikan gejala dan mengembalikan fungsi.[2]
Psikoterapi
Psikoedukasi bagi pasien dan keluarga dilaporkan membantu pasien untuk menghadapi stressor. Dengan psikoedukasi, pasien dan keluarganya mendapat pengetahuan mengenai gangguan yang dialami, terapi, dan apa yang bisa dilakukan oleh keluarga untuk mendukung pasien.[2,5]
Psikoterapi yang dilaporkan efektif untuk gangguan bipolar adalah cognitive behavioral therapy (CBT), interpersonal and social rhythm therapy (IPSRT), dan family focused therapy (FFT). Insight oriented atau psikoterapi psikodinamik juga bisa dilakukan pada pasien dengan gangguan bipolar.[2,6]
Medikamentosa
Farmakoterapi yang diberikan pada pasien bipolar sesuai dengan episode yang dialami.
Farmakoterapi Fase Depresi
Pada episode depresi, rekomendasi medikamentosa adalah antidepresan generasi terbaru, karena mempunyai efikasi yang setara dengan obat–obat generasi lama tapi dengan tolerabilitas yang lebih baik dan kejadian efek samping yang lebih rendah. Golongan antidepresan yang disarankan adalah:
- Obat–obat golongan selective serotonin reuptake inhibitors (SSRI), misalnya fluoxetine, sertraline, dan escitalopram
- Obat golongan serotonin and norepinephrine reuptake inhibitors (SNRI), misalnya venlafaxine dan duloxetine
Tidak disarankan menggunakan antidepresan sebagai modalitas tunggal pada gangguan bipolar episode depresi, tapi harus dikombinasikan dengan mood stabilizer. Penanganan gejala psikotik pada pasien bipolar episode manik direkomendasikan menggunakan antipsikotik atipikal.[2,3]
Penggunaan obat antidepresan harus disertai dengan monitoring rutin gejala pasien, karena obat–obatan ini bisa menginduksi gejala manik. Antidepresan dengan potensi menginduksi gejala manik paling rendah adalah bupropion.[4,5]
Farmakoterapi Fase Manik
Farmakoterapi untuk fase manik adalah obat–obatan mood stabilizer yang mencakup lithium karbonat, obat anti konvulsan, dan antipsikotik atipikal.
Lini pertama untuk episode manik akut adalah lithium karbonat, tetapi obat ini mempunyai therapeutic window yang sempit, sehingga membutuhkan pemantauan ketat. Lini kedua yang relatif lebih aman digunakan adalah obat antikonvulsan seperti asam valproat, carbamazepine, dan lamotrigine.[2,3]
Antipsikotik atipikal bisa digunakan sebagai mood stabilizer atau untuk penanganan gejala psikotik pada episode manik. Antipsikotik yang bisa digunakan untuk penanganan gejala psikotik pada episode manik adalah risperidone, ziprasidone, paliperidone, olanzapine, quetiapine, dan aripiprazole. Quetiapine adalah antipsikotik atipikal yang mempunyai properti sebagai antipsikotik dan mood stabilizer.
Pada fase akut dari episode manik, antipsikotik tipikal, misalnya haloperidol, efektif untuk menekan gejala–gejala manik. Akan tetapi, karena antipsikotik tipikal bisa menginduksi gejala depresi, maka dijadikan terapi lini kedua.[3,4]
Farmakoterapi Episode Campuran
Farmakoterapi untuk episode campuran sama seperti farmakoterapi untuk episode manik. Meskipun bisa terdapat gejala–gejala depresi, tetapi pemberian antidepresan tidak direkomendasikan.[11]
Farmakoterapi Untuk Rumatan
Terapi pada fase rumatan bisa menggunakan lithium karbonat, antikonvulsan, atau antipsikotik atipikal. Pada fase rumatan, dosis obat bisa diturunkan sampai dosis efektif minimal yang diperlukan untuk mengendalikan gejala pada pasien. Untuk terapi rumatan biasanya digunakan monoterapi.[11]
Tabel 2 menyajikan rangkuman jenis obat yang dapat dipilih untuk tata laksana gangguan bipolar.[2]
Tabel 2. Pilihan Tata Laksana Gangguan Bipolar
Golongan Obat | Contoh |
Mood Stabilizer | Lithium, asam valproat, carbamazepine, lamotrigine, gabapentin, topiramate |
Antidepresan | Fluoxetine, sertraline, escitalopram, venlafaxine, duloxetine, bupropion, mirtazapine |
Antipsikotik | Risperidone, ziprasidone, palliperidone, olanzapine, quetiapine, haloperidol |
Terapi somatik | Electroconvulsive therapy (ECT), transcranial magnetic stimulation (rTMS), transcranial direct current stimulation (tDCS) |
Intervensi Psikososial | Social rhythm therapy, cognitive behavioral therapy (CBT), family intervention, social skills training |
Sumber: dr. Irwan Supriyanto, Ph.D., Sp.KJ, 2020[2]
Direvisi oleh: dr. Felicia Sutarli