Edukasi dan Promosi Kesehatan Pneumonia Aspirasi
Edukasi dan promosi kesehatan tentang pneumonia aspirasi perlu mencakup informasi mengenai faktor risiko, misalnya gangguan menelan, penyakit neurologi seperti stroke, instrumentasi medis tertentu, atau penggunaan obat tertentu. Edukasi juga diberikan mengenai pentingnya menjaga kebersihan gigi dan mulut, serta melakukan rehabilitasi untuk meningkatkan fungsi menelan dan fungsi batuk.[1,2]
Edukasi Pasien
Penurunan kesadaran dan tirah baring dalam waktu lama dilaporkan sebagai faktor risiko utama terjadinya aspirasi. Selain itu, risiko pneumonia aspirasi akan meningkat pada pasien dengan penyakit penyerta seperti refluks gastro-esofagus. Tindakan medis yang bisa menginduksi muntah seperti intubasi dan endoskopi juga bisa meningkatkan risiko aspirasi. Hal-hal ini perlu diedukasikan kepada pasien atau walinya.[1,2,5]
Edukasi terkait posisi tidur dengan kepala lebih tinggi atau bagian kepala tempat tidur dinaikkan juga perlu dilakukan. Kebersihan oral pasien perlu dijaga dengan menyikat gigi, lidah, dan palatum dengan sikat gigi lembut dan pasta gigi tanpa busa minimal 2x per hari.[1,2,5]
Upaya Pencegahan dan Pengendalian Penyakit
Upaya pencegahan dan pengendalian pneumonia aspirasi terutama dilakukan pada pasien yang memiliki faktor risiko tinggi seperti penurunan kesadaran, tirah baring terlalu lama, dan gangguan menelan. Pasien-pasien dengan penurunan kesadaran perlu diposisikan setengah duduk dengan bagian kepala tempat tidur dinaikkan 30-45° untuk mengurangi risiko terjadinya aspirasi.[1,3]
Skrining disfagia pada pasien stroke akut dapat mencegah pneumonia aspirasi setelah stroke. Skrining disfagia juga dianjurkan pada pasien penyakit Parkinson. Pasien yang mengalami gangguan menelan (disfagia dan/atau refleks faringeal yang buruk) dapat diberikan diet lunak dan cairan kental dengan teknik chin tuck, yaitu posisi dagu ditarik ke belakang (chin tucked), kepala agak miring, kemudian menelan berulang. Selang nasogastrik (NGT) diperlukan pada pasien dengan disfagia berat.[2,3]
Pemeriksaan oral sebaiknya dilakukan pada semua pasien rawat inap yang berisiko, minimal sekali seminggu. Pemeriksaan oral meliputi deteksi ada atau tidaknya infeksi (kandidiasis), kualitas gigi, residu makanan, dan kebersihan mukosa mulut. Pada pasien berisiko tinggi, obat-obatan yang mengubah pH gaster seperti proton pump inhibitors atau histamine H2 blockers sebaiknya dihindari untuk mencegah kolonisasi orofaring.[1,4]
Vaksinasi lebih menekankan pada pencegahan pneumonia secara umum. Pemberian vaksin pneumokokus, yaitu pneumococcal polysaccharide vaccine (PPSV 23) maupun pneumococcal conjugate vaccine (PCV13) membantu menurunkan risiko pneumonia pada pasien usia lanjut.[5,29]
Penulisan pertama oleh: dr. Vania Azalia Gunawan