Kontraindikasi Skrining Kanker Payudara
Kontraindikasi skrining kanker payudara umumnya tidak ada, jika terbatas pada pemeriksaan payudara mandiri (SADARI) maupun pemeriksaan payudara klinis (SADANIS). Sedangkan kontraindikasi pemeriksaan pencitraan tergantung alat yang digunakan.
Kontraindikasi Mamografi
Pedoman klinis yang ada tidak menyebutkan kontraindikasi absolut mamografi. Kontraindikasi relatif mamografi di antaranya benjolan yang teraba jelas dan membesar pada payudara, usia muda, kehamilan, menyusui, penurunan fungsi ginjal, atau riwayat implan payudara.[20,21]
Mamografi dapat memiliki risiko overdiagnosis, hasil positif atau negatif palsu, ansietas pasien akibat hasil yang tidak akurat, serta paparan radiasi. Studi juga menunjukkan bahwa skrining kanker payudara dengan mamografi dapat meningkatkan risiko pasien mendapatkan terapi yang sebenarnya tidak perlu. Oleh karena itu, keputusan mamografi dengan prinsip shared decision making, di mana pasien memutuskan sendiri berdasarkan informasi manfaat, risiko, dan preferensi pribadinya.[1,15-18]
Kontraindikasi USG Payudara
Pemeriksaan ultrasonografi (USG) tidak memiliki kontraindikasi absolut, tetapi sebaiknya tidak digunakan sebagai metode skrining utama. Sensitivitas dan spesifisitas USG payudara tidak tinggi, terutama dalam mendeteksi mikrokalsifikasi. Namun, apabila keahlian tenaga kesehatan dan alat yang mendukung tersedia maka USG berpotensi sebagai alat deteksi primer untuk kanker payudara, dan bermanfaat di mana mamografi atau MRI tidak tersedia.[1,19,22]
Kontraindikasi MRI Payudara
Magnetic resonance imaging (MRI) tidak digunakan sebagai metode skrining utama, karena spesifisitasnya yang rendah, dan membutuhkan biaya yang lebih mahal daripada mamografi. Kontraindikasi lain untuk pemeriksaan MRI adalah pasien dengan kehamilan atau memiliki logam metal feromagnetik dalam tubuhnya.[1,23]