Indikasi dan Dosis Metoprolol
Indikasi metoprolol adalah untuk pengelolaan hipertensi, aritmia, angina pektoris, gagal jantung kronis, dan pencegahan migraine. Dosis metoprolol bervariasi tergantung indikasi. Pada hipertensi, dosis awal metoprolol tartrate yang biasa digunakan adalah 100 mg/hari, dapat ditingkatkan hingga 200 mg/hari jika perlu. Metoprolol succinate extended-release dimulai dengan dosis 25–100 mg sekali sehari, dengan dosis pemeliharaan biasanya 50–200 mg sehari.[6,8,10]
Hipertensi
Metoprolol digunakan untuk pengelolaan hipertensi, baik sebagai monoterapi maupun dalam kombinasi dengan antihipertensi lain. Meskipun β-blocker seperti metoprolol umumnya bukan lini pertama untuk hipertensi, penggunaannya dapat dipertimbangkan pada pasien dengan penyakit jantung iskemik stabil, gagal jantung, atau riwayat infark miokard, serta sebagai terapi tambahan jika obat lini pertama tidak menghasilkan respons memadai.
Untuk formulasi konvensional metoprolol tartrate, dosis awal yang direkomendasikan adalah 100 mg/hari, yang dapat diberikan dalam dosis tunggal atau terbagi. Dosis pemeliharaan umumnya dalam rentang 100–200 mg/hari, diberikan dalam 2 dosis terbagi.
Untuk formulasi metoprolol succinate extended-release, dosis awal biasanya dimulai dari 25–100 mg sekali sehari. Dosis pemeliharaan yang direkomendasikan adalah 50–200 mg/hari, tergantung pada respons tekanan darah pasien.[1,3,10,12]
Angina Pektoris Kronis Stabil
Metoprolol digunakan untuk manajemen jangka panjang angina pektoris kronis stabil. Obat ini efektif dalam mengurangi beban kerja jantung dan kebutuhan oksigen miokard, sehingga membantu mencegah gejala iskemia. Untuk terapi awal, metoprolol dapat diberikan dengan dosis 100 mg/hari, baik sebagai tablet extended-release yang diminum sekali sehari atau sebagai tablet konvensional dalam dua dosis terbagi.
Dosis dapat ditingkatkan secara bertahap setiap minggu hingga respons klinis yang optimal tercapai. Dosis pemeliharaan biasanya berada dalam rentang 100–400 mg/hari, tergantung pada respons pasien terhadap pengobatan dan toleransi individu. Penyesuaian dosis penting dilakukan untuk mencapai pengendalian gejala yang efektif sambil meminimalkan efek samping, seperti bradikardia.[1,3,10,12]
Gagal Jantung
Metoprolol digunakan untuk pengelolaan gagal jantung ringan hingga sedang (NYHA kelas II atau III) yang disebabkan oleh penyakit iskemik, hipertensi, atau kardiomiopati, bersama dengan terapi gagal jantung lain. Dosis awal yang direkomendasikan adalah 25 mg sekali sehari untuk pasien dengan NYHA kelas II, atau 12,5 mg sekali sehari untuk pasien dengan gagal jantung yang lebih berat.
Dosis metoprolol dapat digandakan setiap 2 minggu hingga mencapai dosis maksimal 200 mg sekali sehari, atau hingga dosis tertinggi yang dapat ditoleransi pasien. Jika selama titrasi terjadi perburukan gejala gagal jantung, dosis metoprolol dapat dikurangi atau dihentikan sementara, dan dosis diuretik dapat ditingkatkan untuk stabilisasi.[10]
Aritmia
Metoprolol dapat digunakan untuk mengelola takikardia supraventrikular (SVT) atau takikardia atrial fokal. Pada pengelolaan akut, metoprolol diberikan melalui injeksi intravena (IV) dengan dosis awal 2,5–5 mg selama 2 menit, yang dapat diulang setiap 10 menit hingga maksimal 3 dosis jika diperlukan. Untuk pengelolaan jangka panjang, pasien dapat diberikan metoprolol secara oral dengan dosis pemeliharaan 25–100 mg 2 kali sehari untuk sediaan metoprolol tartrate, atau 50–400 mg sekali sehari untuk sediaan metoprolol succinate.
Metoprolol juga digunakan untuk memperlambat laju ventrikel pada pasien dengan atrial fibrilasi atau atrial flutter. Pada kasus ini, dosis awal diberikan secara intravena dengan regimen yang sama seperti SVT, kemudian dilanjutkan dengan pengobatan oral. Dosis pemeliharaan oral bervariasi tergantung pada formulasi, yaitu hingga 200 mg 2 kali sehari untuk metoprolol tartrate atau hingga 400 mg sekali sehari untuk metoprolol succinate.[10]
Infark Miokard
Pada fase awal infark miokard, metoprolol dapat diberikan secara IV untuk mengurangi angka kematian kardiovaskular, dengan dosis 5 mg setiap 2 menit hingga total 3 dosis, jika ditoleransi. Setelah dosis IV selesai, terapi oral dilanjutkan dengan 50 mg setiap 6 jam selama 48 jam, dan kemudian dilanjutkan dengan dosis pemeliharaan 100 mg 2 kali sehari. Jika dosis IV tidak ditoleransi, terapi oral dapat dimulai langsung dengan 25–50 mg setiap 6 jam, tergantung pada tingkat toleransi pasien.
Pemberian oral awal dapat dimulai dalam 24 jam pertama dengan 25–50 mg setiap 6–12 jam, yang kemudian ditingkatkan ke rejimen dua kali sehari untuk sediaan metoprolol tartrate atau sekali sehari untuk sediaan metoprolol succinate, dengan dosis harian total hingga 200 mg.[10]
Catatan Khusus
Metoprolol IV direkomendasikan hanya untuk pasien yang menunjukkan hipertensi atau iskemia yang berlangsung terus-menerus saat presentasi, karena risiko potensial terhadap syok kardiogenik. Jika diberikan secara IV, dosis 5 mg dapat diberikan setiap 5 menit hingga maksimal 3 dosis, dengan pemantauan terhadap kondisi pasien. Setelah stabil, terapi oral dapat dimulai atau dilanjutkan untuk perawatan jangka panjang.[10]
Penggunaan Pada Terapi Lanjutan
Pada terapi lanjutan dan pencegahan sekunder jangka panjang, metoprolol biasanya diberikan dengan dosis 100 mg 2 kali sehari setelah kondisi pasien memungkinkan, dan dilanjutkan setidaknya selama 3 bulan. Pada pasien pasca infark miokard dengan disfungsi sistolik ventrikel kiri, terapi jangka panjang disarankan karena manfaatnya dalam mengurangi angka kematian.
Pada pasien dengan fungsi ventrikel kiri normal, terapi β-blocker umumnya direkomendasikan untuk setidaknya 3 tahun. Durasi optimal terapi jangka panjang masih memerlukan penelitian lebih lanjut.[10]
Migraine (Off Label)
Metoprolol digunakan untuk profilaksis migraine, tetapi tidak disarankan untuk mengobati serangan migraine yang sudah terjadi. Dosis yang digunakan dalam studi klinis berkisar antara 50–300 mg/hari, dengan dosis efektif yang umum adalah 200 mg/hari. Terapi ini bertujuan untuk mengurangi frekuensi dan keparahan serangan migraine pada pasien yang membutuhkan pencegahan jangka panjang.[10]