Pengawasan Klinis Metoprolol
Pengawasan klinis metoprolol yang perlu dilakukan mencakup tolerabilitas dan perburukan gejala seperti bradikardia atau hipotensi. Jika obat tidak dapat ditoleransi, sebaiknya diberikan dosis metoprolol yang lebih rendah atau metoprolol dihentikan secara bertahap.[1,3,12]
Pengawasan pada Pasien dengan Penyakit Jantung Iskemik dan Infark Miokard
Penggunaan metoprolol pada pasien dengan penyakit jantung iskemik atau setelah infark miokard memerlukan pengawasan untuk mendeteksi kemungkinan efek samping yang dapat memperburuk kondisi pasien, seperti bradikardia, hipotensi, dan gangguan konduksi jantung. Terutama pada tahap awal terapi, dosis harus dititrasi dengan hati-hati dan pasien harus dipantau secara berkala.
Pada pasien yang menerima metoprolol secara intravena (IV), pemantauan EKG dan tekanan darah harus dilakukan untuk mendeteksi bradikardia berlebihan atau hipotensi. Jika terjadi tanda-tanda penurunan status hemodinamik atau gangguan konduksi, pengobatan harus dihentikan atau dimodifikasi sesuai dengan kebutuhan klinis. Selama perawatan di rumah sakit setelah infark miokard, pengawasan ini harus berlangsung selama minimal 48 jam atau lebih lama, tergantung pada respons pasien terhadap terapi.[1,3,10,12]
Pengawasan pada Pasien dengan Gagal Jantung
Pada pasien dengan gagal jantung, penggunaan metoprolol memerlukan perhatian khusus karena terapi ini dapat memengaruhi toleransi aktivitas fisik dan dapat memperburuk gagal jantung pada pasien dengan disfungsi ventrikel kiri yang lebih berat. Sebelum memulai terapi metoprolol, pasien harus distabilkan terlebih dahulu dengan terapi standar gagal jantung.
Pengawasan klinis melibatkan pemantauan tanda klinis gagal jantung, seperti sesak napas, edema perifer, dan berat badan yang meningkat. Efek terapi mungkin tidak terlihat secara langsung dan membutuhkan waktu hingga 2-3 bulan untuk menilai respons klinis. Pasien harus dipantau untuk kemungkinan dekompensasi, dan terapi metoprolol harus dihentikan jika gagal jantung memburuk atau jika tanda-tanda gagal jantung akut muncul.[1,3,10,12]
Pengawasan pada Pasien dengan Penyakit Bronkospastik
Pada pasien dengan riwayat asma atau penyakit bronkospastik, penggunaan metoprolol harus dilakukan dengan hati-hati. β-blocker dapat memperburuk obstruksi saluran pernapasan melalui bronkospasme. Oleh karena itu, pengawasan klinis untuk gejala saluran pernapasan seperti mengi, sesak napas, dan batuk harus dilakukan, terutama pada dosis tinggi (lebih dari 100 mg/hari).[1,3,10,12]
Pengawasan pada Pasien dengan Diabetes
Metoprolol dapat menyembunyikan gejala hipoglikemia, seperti takikardia dan tremor, yang merupakan tanda-tanda awal hipoglikemia pada pasien diabetes. Oleh karena itu, pengawasan terhadap kadar glukosa darah sangat penting, terutama pada pasien yang menerima insulin atau obat hipoglikemik lainnya.
Pasien harus diberitahu tentang potensi pengurangan gejala hipoglikemia dan diberi instruksi untuk memantau gula darah. Penggunaan metoprolol juga harus dilakukan dengan hati-hati pada pasien yang memiliki riwayat diabetes, karena obat ini dapat mempengaruhi kontrol glukosa darah.[10]
Pengawasan pada Pasien dengan Gangguan Fungsi Tiroid
Metoprolol dapat menutupi gejala hipertiroidisme. Penggunaan metoprolol pada pasien yang dicurigai atau sudah didiagnosis dengan hipertiroidisme harus dilakukan dengan perhatian ekstra, terutama jika terapi dihentikan secara mendadak, karena ada risiko badai tiroid (thyroid storm).[10]