Penggunaan pada Kehamilan dan Ibu Menyusui Metoprolol
Penggunaan metoprolol pada kehamilan termasuk dalam kategori C menurut FDA dan TGA. Pada ibu menyusui, metoprolol diketahui dikeluarkan di ASI.[1-3,7]
Penggunaan pada Kehamilan
Menurut FDA, penggunaan metoprolol dalam kehamilan termasuk kategori C. Hal ini berarti studi pada hewan menunjukkan adanya risiko, sementara studi yang adekuat pada manusia belum tersedia. Penggunaan obat ini pada kehamilan hanya direkomendasikan jika potensi manfaat yang diperoleh dapat melebihi potensi risiko yang mungkin terjadi.[6,14]
Menurut TGA, obat ini termasuk kategori C dalam kehamilan, yang berarti obat ini diduga dapat menyebabkan efek samping pada fetus atau neonatus, tanpa menyebabkan malformasi. Efek tersebut bersifat reversible. Metoprolol succinate sebaiknya tidak diberikan selama kehamilan, kecuali jika dianggap esensial.
Metoprolol berpotensi menyebabkan efek samping berupa berkurangnya perfusi plasenta dan bradikardia pada fetus dan neonatus. Berkurangnya perfusi plasenta berhubungan dengan terjadinya retardasi pertumbuhan, kematian intrauterin, abortus, dan kelahiran prematur.
Ibu hamil yang menggunakan metoprolol harus dimonitor terkait tekanan darah, denyut jantung, dan pertumbuhan janin. Neonatus yang lahir dari ibu yang menggunakan metoprolol selama kehamilan berisiko mengalami hipotensi, bradikardia, hipoglikemia, dan depresi napas, sehingga perlu diobservasi secara ketat.[1-3,7]
Penggunaan pada Ibu Menyusui
Metoprolol dianggap aman digunakan selama menyusui karena kadar obat yang rendah dalam ASI, yang berarti jumlah yang diterima bayi sangat kecil dan diperkirakan tidak menyebabkan efek samping pada bayi yang disusui. Penelitian mengenai penggunaan metoprolol selama menyusui tidak menunjukkan reaksi buruk pada bayi yang disusui. Namun, ibu yang menyusui disarankan untuk memantau bayi terhadap gejala seperti bradikardia dan lesu akibat hipoglikemia.[15]