Farmakologi Verapamil
Secara farmakologi, verapamil adalah penghambat kanal kalsium atau antagonis kalsium. Verapamil memiliki efek inotropik negatif yang menyebabkan penurunan kontraktilitas jantung, efek kronotropik negatif yang menurunkan denyut jantung, efek dromotropik negatif yang menurunkan kecepatan konduksi listrik jantung, dan efek antihipertensi dengan menurunkan resistensi vaskular sistemik akibat vasodilatasi arteriol perifer.[1-3]
Farmakodinamik
Verapamil bekerja dengan menghambat kanal kalsium tipe L melalui ikatan pada subunit alfa-1, yang banyak terdapat pada otot polos vaskular dan jaringan miokard. Kanal ini berperan penting dalam regulasi resistensi vaskular perifer, kontraktilitas jantung, serta aktivitas listrik pacu jantung.
Dengan menurunkan masuknya kalsium ke dalam sel, verapamil menghambat propagasi potensial aksi yang diperlukan untuk kontraksi otot dan aktivitas nodus AV. Ikatannya bersifat voltage dan frequency-dependent, sehingga afinitasnya meningkat pada kondisi membran otot polos yang lebih terpolarisasi rendah atau saat terjadi rangsang depolarisasi berlebihan.
Secara farmakodinamik, verapamil menyebabkan relaksasi otot polos dan vasodilatasi sistemik dengan menghambat kontraksi vaskular yang dipicu kalsium, sehingga menurunkan resistensi vaskular dan tekanan darah. Penurunan afterload ini mengurangi beban kerja jantung dan kebutuhan oksigen miokard, sehingga berkontribusi pada efek antiangina.
Pada nodus AV, verapamil memperpanjang periode refrakter dan memperlambat konduksi karena berkurangnya influks kalsium, sehingga efektif dalam mengontrol denyut jantung pada aritmia supraventrikular. Selain efek utama pada kanal kalsium tipe L, verapamil juga berinteraksi dengan kanal kalsium lain (N-, P-, Q-, T-type), kanal kalium, dan reseptor adrenergik, meskipun relevansi klinisnya tidak sepenuhnya dipahami.[3]
Farmakokinetik
Secara farmakokinetik, verapamil memiliki bioavailabilitas yang rendah karena metabolisme lintas pertama yang cepat. Metabolisme hepatic verapamil termasuk ekstensif, dan eliminasi terutama terjadi melalui urin.[3]
Absorpsi
Verapamil diserap lebih dari 90% setelah pemberian oral, namun bioavailabilitas sistemiknya hanya 20–30% karena metabolisme lintas pertama yang sangat cepat. Kinetika absorpsi sangat dipengaruhi formulasi:
- Sediaan immediate-release mencapai konsentrasi puncak dalam 1–2 jam
- Sediaan sustained-release mencapai konsentrasi puncak dalam 6–11 jam.
Absorpsi verapamil juga bersifat stereospesifik, dengan S-enansiomer mengalami ketersediaan sistemik yang lebih rendah dibanding R-enansiomer akibat pembersihan presistemik yang lebih cepat.[3]
Distribusi
Dalam hal distribusi, verapamil memiliki volume distribusi besar, yakni sekitar 300 L untuk R-enansiomer dan 500 L untuk S-enansiomer. Hal ini menunjukkan penetrasi luas ke jaringan. Obat ini diekskresikan ke dalam ASI, tetapi paparan bayi sangat kecil (<0,01% dari dosis maternal), dan kadar plasma bayi umumnya tidak terdeteksi.[3]
Metabolisme
Verapamil menjalani metabolisme hepatik ekstensif, dengan sekitar 80% dosis dieliminasi sebelum mencapai sirkulasi sistemik. Proses metaboliknya melibatkan O-demetilasi, N-demetilasi, dan N-dealkilasi melalui berbagai enzim CYP, terutama CYP3A4/5, CYP2C8, CYP1A2, serta kontribusi kecil dari CYP2D6 dan CYP2E1.
Metabolit utama termasuk norverapamil (via N-demetilasi) dan D-617 (via N-dealkilasi), di mana norverapamil memiliki sekitar 20% aktivitas kardiovaskular verapamil. Banyak langkah metabolik juga menunjukkan preferensi stereoselektif terhadap S-enansiomer.[1-3]
Eliminasi
Eliminasi verapamil terutama terjadi melalui urin dalam bentuk metabolit (70%) dan sebagian melalui feses (≥16%) dalam 5 hari. Hanya 3–4% verapamil yang diekskresikan sebagai obat utuh. Klirens sistemik setelah terapi berkelanjutan sekitar 340 mL/menit untuk R-enansiomer dan 664 mL/menit S-enansiomer.[3]
Direvisi oleh: dr. Bedry Qintha