Edukasi dan Promosi Kesehatan Impetigo
Edukasi pada pasien impetigo perlu ditekankan untuk memperhatikan higienitas, serta menghindari kontak dengan orang lain untuk mencegah transmisi. Upaya mencegah impetigo dilakukan dengan pemberian pengobatan massal untuk skabies, tetapi belum diterapkan di Indonesia.
Edukasi Pasien
Edukasi perlu ditekankan pada higienitas dan menghindari kontak dengan orang lain untuk mencegah terjadinya penularan. Beberapa edukasi yang perlu disampaikan pada pasien impetigo, antara lain :
- Anak-anak sebaiknya tidak masuk sekolah atau taman kanak-kanak (TK) dulu hingga sudah menggunakan antibiotik selama 24–48 jam
- Hindari menyentuh lesi kulit, sebaiknya lesi ditutup dengan perban atau plester, dan cuci tangan menggunakan air dan sabun setelah mengoleskan obat
- Tidak menggunakan barang-barang pribadi, seperti handuk, sapu tangan, dan lap basah, bersama dengan orang lain, agar tidak menularkan impetigo. Cuci handuk dan sprei dengan air panas dan keringkan pada suhu yang panas
- Pada impetigo yang rekuren, pertimbangkan untuk mengambil sampel swab nasal untuk menilai apakah pasien merupakan karier aureus[3,4]
Upaya Pencegahan dan Pengendalian Penyakit
Pencegahan impetigo dapat dilakukan dengan mengidentifikasi faktor risiko. Skabies, merupakan salah satu faktor risiko untuk infeksi impetigo. Pengobatan massal terhadap skabies terbukti menurunkan insidensi impetigo. Tingginya prevalensi skabies di Indonesia dapat menjadi pertimbangan untuk turut melakukan pengobatan massal skabies guna mencegah impetigo.
Pengobatan Massal Skabies untuk Pencegahan Impetigo
Sebuah uji berbasis populasi dilakukan di Fiji pada tahun 2018–2020. Fiji merupakan daerah endemis skabies. Diberikan pengobatan massal berupa dua dosis ivermectin oral atau permethrin topikal, bersama dengan diethylcarbamazine dan albendazol untuk filariasis limfatik. Hasil penelitian mendapatkan prevalensi impetigo menurun sebanyak 9,2%, dan menurunnya angka perawatan di rumah sakit untuk infeksi kulit dan jaringan lunak.[13]
Direvisi oleh: dr. Livia Saputra