Penatalaksanaan Pyoderma
Pertimbangan ketika memilih penatalaksanaan pyoderma adalah luas lesi, berat infeksi, ada tidaknya supurasi, riwayat alergi obat, dan penyulit. Pasien dengan pyoderma superfisialis umumnya memiliki keadaan umum yang baik dan dapat berobat jalan. Terapi yang diberikan umumnya adalah terapi topikal, kecuali pada lesi yang luas. Sementara itu, erisipelas dan selulitis umumnya memiliki infeksi lebih berat sehingga dapat dipertimbangkan terapi antibiotik sistemik.[1]
Impetigo
Pada impetigo, kompres basah seperti kompres Condy (kompres kalium permanganat encer) diperlukan untuk lesi berkrusta. Selanjutnya, terapi yang dipilih adalah antibiotik topikal seperti mupirocin, fusidic acid, dan retapamulin. Retapamulin umumnya hanya digunakan pada kasus Methicillin-Resistant Staphylococcus aureus (MRSA). Antibiotik topikal diberikan pada area lesi 2 kali sehari selama 5-7 hari.
Dalam kasus penyakit yang luas atau respons yang buruk terhadap pengobatan topikal, antibiotik oral perlu dipertimbangkan. Pilihan antibiotik harus dipandu oleh patogen penyebab, serta pola sensitivitas dan resistensi lokal. Beberapa contoh antibiotik sistemik yang bisa digunakan adalah:
Dicloxacillin250 mg sebanyak 4 kali sehari per oral selama 7 hari, sebaiknya tidak diberikan pada pasien anak
Cephalexin250 mg sebanyak 4 kali sehari per oral selama 7 hari. Dosis anak 25–50 mg/kg/hari dibagi menjadi 3–4 dosis
Erythromycin250 mg sebanyak 4 kali sehari per oral selama 7 hari. Dosis anak 40 mg/kg/hari dibagi menjadi 3–4 dosis
Clindamycin300–400 mg sebanyak 4 kali sehari per oral selama 7 hari. Dosis anak 20 mg/kg/hari dibagi menjadi 3 dosis[1,5]
Folikulitis
Antibiotik topikal merupakan pilihan pada kasus folikulitis. Pilihan yang direkomendasikan adalah mupirocin 2% dioleskan tipis pada lesi 3 kali sehari selama 3-5 hari. Antibiotik oral dapat dipertimbangkan pada folikulitis yang luas atau refrakter. Pilihan antibiotik oral adalah erythromycin 30-50 mg/kg/hari dibagi menjadi 4 dosis, diberikan selama 7-10 hari.
Jika folikulitis disebabkan oleh MRSA, pilihan antibiotik adalah clindamycin, lincomycin, dan cotrimoxazole. Pada infeksi Pseudomonas, antibiotik umumnya tidak diperlukan, tetapi jika perlu dapat diberikan fluorokuinolon.[1,5,14,20]
Furunkulosis
Pada kebanyakan pasien imunokompeten, furunkulosis bisa sembuh dengan sendirinya. Jika keluhan tidak membaik dalam 2-3 hari, dapat diberikan kompres hangat dan salep antibiotik seperti mupirocin. Pada kasus yang berat, mungkin diperlukan pemberian antibiotik oral seperti cephalexin 250–500 mg 4 kali sehari.[1,5,21]
Erisipelas
Erisipelas diterapi dengan menggunakan antibiotik sistemik. Antibiotik diberikan selama 5 hari dan dapat diperpanjang apabila infeksi tetapi belum teratasi.
Pada infeksi ringan tanpa keterlibatan sistemik, dapat diberikan antibiotik oral berupa Penicillin V dengan dosis 250-500 mg, diberikan setiap 6 jam. Pada infeksi sedang (ada keterlibatan sistemik tetapi tanpa sepsis), dapat diberikan Penicillin G dengan dosis 2-4juta IU setiap 4-6 jam secara intravena (IV). Pada infeksi berat dimana terjadi sepsis, dapat diberikan vancomycin dengan dosis 30 mg/kg/hari IV dibagi 2 dosis.[1,5]
Selulitis
Untuk selulitis, antibiotik lini pertama adalah cloxacillin atau dicloxacillin dengan dosis 250-500 mg diberikan 4 kali/hari per oral. Pilihan lain adalah amoxicillin dan asam klavulanat dengan dosis dewasa 250-500 mg diberikan 3 kali/hari per oral.
Pilihan terapi lini kedua adalah azithromycin 500 mg pada hari ke-1, dilanjutkan 250 mg/hari pada hari ke-2 sampai ke-5 per oral. Alternatifnya adalah clindamycin 15 mg/kg/hari terbagi 3 dosis per oral.
Pada kasus berat, pasien mungkin memerlukan rawat inap dan antibiotik injeksi seperti nafcillin 1-2 gram IV tiap 4 jam. Pilihan lain adalah cefazolin 1 gram IV tiap 8 jam.[1,5,22]
Penulisan pertama oleh: dr. Edwin Wijaya
Direvisi oleh: dr. Bedry Qhinta