Epidemiologi Sindrom Mielodisplasia
Berdasarkan data epidemiologi, insiden sindrom mielodisplasia meningkat seiring dengan bertambahnya usia. Kebanyakan kasus terjadi setelah usia 65 tahun dan paling sering terjadi pada pasien lebih dari 80 tahun. Sindrom mielodisplasia lebih sering terjadi pada pria.[1]
Global
Sindrom mielodisplasia terjadi di berbagai negara di dunia dan insidensinya secara global bervariasi. Di Amerika Serikat, berdasarkan data tahun 2007 hingga 2011, insiden terjadinya sekitar 4,9 per 100.000 jiwa dan ada sekitar 20.541 kasus baru per tahunnya.[1]
Median usia awitan sindrom mielodisplasia adalah 71 tahun dengan rentang usia berkisar dari 65-80 tahun. Di Eropa, terdapat 4-7 kasus baru per 100.000 jiwa tiap tahun dan insidennya meningkat tiap tahun. Data yang didapat dari Timur Tengah dan Afrika Utara juga menunjukkan hasil yang serupa. Kejadian sindrom mielodisplasia lebih banyak pada pria dibandingkan wanita.[8]
Indonesia
Data epidemiologi tentang sindrom mielodisplasia di Indonesia belum tersedia.
Mortalitas
Angka mortalitas sindrom mielodisplasia bervariasi bergantung usia, derajat keparahan, dan komorbiditas. Berdasarkan data di Eropa, penyebab kematian yang paling sering adalah leukemia mieloid akut, infeksi, dan penyakit kardiovaskular. Dari data 2396 pasien, 900 pasien meninggal dengan angka keberlangsungan hidup rata-rata selama 4,7 tahun. Angka kematian meningkat dengan semakin bertambahnya usia dan lebih tinggi pada pria.[9,10]