Etiologi Sindrom Mielodisplasia
Etiologi sindrom mielodisplasia melibatkan mutasi genetik somatik pada sel punca hematopoietik yang dipicu oleh faktor intrinsik seperti penuaan dan predisposisi genetik, serta faktor ekstrinsik seperti paparan bahan kimia, radiasi, dan kemoterapi.[1-3]
Etiologi
Etiologi sindrom mielodisplasia dapat dibagi menjadi dua kategori utama: primer (idiopatik) dan sekunder. Sekitar 80% kasus bersifat primer tanpa penyebab yang jelas, sedangkan sisanya diklasifikasikan sebagai sindrom mielodisplasia sekunder akibat paparan agen penginduksi kerusakan kromosom.
Faktor lingkungan yang berkontribusi meliputi terapi kanker dengan agen alkilasi dan radioterapi, yang sering dikaitkan dengan kelainan kromosom seperti del(5q), del(7q), dan kariotipe kompleks. Selain itu, paparan bahan kimia seperti benzena serta penggunaan insektisida, herbisida, dan fungisida juga dihubungkan dengan peningkatan risiko sindrom mielodisplasia.
Secara genetik, sindrom mielodisplasia dapat terjadi akibat kelainan kromosom yang menghasilkan onkogen fusi, haploinsufisiensi gen mielopoiesis, atau hilangnya gen supresor tumor. Pasien dengan kariotipe kompleks mencakup 30% kasus sindrom mielodisplasia primer dan 50% kasus sindrom mielodisplasia terkait terapi. Mutasi germline, seperti pada gen RUNX1 dan GATA2, juga telah ditemukan dalam kasus sindrom mielodisplasia familial, yang berisiko tinggi berkembang menjadi leukemia mieloid akut.[1-3,5]
Faktor Risiko
Faktor risiko sindrom mielodisplasia mencakup faktor lingkungan, terapi medis, dan predisposisi genetik. Paparan jangka panjang terhadap zat kimia seperti benzena, pestisida, dan logam berat telah dikaitkan dengan peningkatan risiko sindrom mielodisplasia. Selain itu, terapi kanker sebelumnya, terutama penggunaan agen alkilasi dan inhibitor topoisomerase II, serta radioterapi, diketahui dapat memicu sindrom mielodisplasia sekunder.
Faktor risiko lainnya meliputi paparan radiasi ionisasi serta infeksi virus yang diduga berperan dalam proses transformasi klonal hematopoietik. Predisposisi genetik juga berkontribusi pada perkembangan sindrom mielodisplasia, meskipun kasus familial jarang terjadi.
Mutasi germline pada gen seperti RUNX1, GATA2, dan DDX41 dapat meningkatkan risiko sindrom mielodisplasia dan transformasi menjadi leukemia mieloid akut. Selain itu, individu dengan penyakit bawaan tertentu, seperti diskeratosis kongenital dan anemia Fanconi, lebih rentan mengalami disfungsi hematopoiesis yang dapat berkembang menjadi sindrom mielodisplasia.[1,6]