Patofisiologi Ikterus Neonatorum Fisiologis
Patofisiologi terjadinya ikterus neonatorum fisiologis adalah peningkatan produksi bilirubin dan rendahnya kapasitas ekskresi hepatik. Bilirubin tak terkonjugasi pada ikterus neonatorum fisiologis biasanya mencapai kadar serum kurang dari 15 mg/dl.[1,3]
Metabolisme Bilirubin
Bilirubin diproduksi dalam sistem retikuloendotelial sebagai produk akhir katabolisme heme dan dibentuk melalui reaksi oksidasi reduksi. Sekitar 75% bilirubin berasal dari hemoglobin, tetapi degradasi mioglobin, sitokrom, dan katalase juga berkontribusi. Pada langkah oksidasi pertama, biliverdin dibentuk dari heme dengan bantuan enzim heme oxygenase. Proses tersebut juga melepaskan besi dan karbon monoksida. Besi disimpan untuk digunakan kembali, sedangkan karbon monoksida dikeluarkan melalui paru-paru dan dapat diukur dalam napas pasien untuk mengukur produksi bilirubin.[1,3]
Transportasi Bilirubin
Selanjutnya, biliverdin yang larut dalam air direduksi menjadi bilirubin indirek/tak terkonjugasi, yang karena ikatan hidrogen intramolekul, hampir tidak larut dalam air dalam bentuk isomernya yang paling umum (bilirubin IXα Z, Z). Bilirubin tak terkonjugasi bersifat hidrofobik sehingga bilirubin ini diangkut dalam plasma dengan terikat erat ke albumin.
Ketika sampai di hati, bilirubin tak terkonjugasi akan ditransportasikan ke dalam sel hati dan berikatan dengan protein ligandin. Bilirubin yang masuk ke dalam hepatosit akan meningkat jumlahnya seiring dengan tingginya konsentrasi dari protein ligandin. Konsentrasi ligandin rendah pada saat lahir, tetapi akan meningkat pesat di minggu pertama kelahiran. Bilirubin kemudian akan dikonjugasikan oleh enzim uridine diphosphate glucuronyl transferase (UDPGT). Enzim UDPGT memiliki kadar yang rendah pada saat lahir, tetapi kemudian meningkat pada 4–8 minggu setelah lahir.[1,3,7]
Ekskresi Bilirubin
Bilirubin terkonjugasi, yang larut dalam air, diekskresikan ke dalam empedu, kemudian masuk ke saluran gastrointestinal (GI). Sebagian besar bilirubin terkonjugasi diekskresikan melalui tinja setelah dimetabolisme oleh flora bakteri. Beberapa bilirubin terkonjugasi melalui dekonjugasi menjadi bilirubin tak terkonjugasi kembali oleh B-glukuronidase di dalam usus halus bagian proksimal. Bilirubin tak terkonjugasi ini akan diserap kembali ke dalam sirkulasi enterohepatik.[1,3,7]
Siklus enterohepatik adalah siklus yang terdiri dari siklus absorbsi, konjugasi, ekskresi, dekonjugasi, dan reabsorbsi. Proses ini berlangsung sangat panjang pada neonatus, oleh karena asupan gizi yang terbatas pada hari-hari pertama kehidupan.[1,3]
Peningkatan Sekunder Produksi Bilirubin
Hiperbilirubinemia pada neonatus dapat terjadi akibat peningkatan proses degradasi eritrosit janin. Hal ini disebabkan dari umur eritrosit janin yang pendek dan massa eritrosit yang lebih besar pada neonatus.[1,3]
Kapasitas Ekskresi Hepatik Rendah
Kapasitas ekskresi bilirubin hepatik pada neonatus lebih rendah karena konsentrasi ligandin (protein pengikat) yang rendah di dalam hepatosit maupun karena aktivitas enzim (UDPGT) yang rendah. Enzim ini bertanggung jawab untuk mengikat bilirubin dengan asam glukuronat, sehingga membuat bilirubin larut dalam air (bilirubin terkonjugasi/direk).[1,3]
Direvisi oleh: dr. Meva Nareza Trianita