Diagnosis Hiponatremia
Diagnosis hiponatremia ditegakkan berdasarkan pemeriksaan serum natrium. Hiponatremia merupakan tanda yang mendasari suatu penyakit. Pada hiponatremia ringan tidak menimbulkan gejala, namun pada hiponatremia sedang dan berat memunculkan gejala. Pemeriksaan penunjang seperti pemeriksaan serum digunakan untuk mengetahui keparahan hiponatremia.[1,26]
Anamnesis
Anamnesis pada hiponatremia berguna untuk mengetahui gejala apa saja yang timbul, onset terjadinya gejala, riwayat penyakit, serta riwayat penggunaan obat-obatan.[1,2,9,12,27]
Gejala
Gejala hiponatremia digunakan untuk mengetahui apakah hiponatremia sedang atau berat. Selain itu, untuk mengetahui kemungkinan penyakit yang mendasari. Gejala yang dapat muncul adalah cephalgia, anorexia, muntah, diare, kram otot, kejang, sesak, polidipsi, poliuria, oliguria, serta perubahan status mental hingga koma.[1,2,9,12,27]
Onset
Onset terjadinya gejala perlu diketahui untuk mengetahui hiponatremia akut atau kronis, yaitu:
- Hiponatremia onset akut: <48 jam
- Hiponatremia onset kronis: >48 jam[1,2]
Riwayat Penyakit
Riwayat penyakit dahulu ditanyakan untuk mengetahui adanya komorbid sebagai penyebab hiponatremia. Riwayat penyakit dahulu yang perlu ditanyakan adalah hipertensi, congestive heart failure (CHF), diabetes melitus, gagal ginjal akut atau kronis, sirosis hepatis, hiperlipidemia, dan cerebral salt wasting syndrome akibat trauma kepala.[1,5-7]
Riwayat Penggunaan Obat
Beberapa obat dapat menyebabkan hiponatremia, sehingga saat anamnesa perlu ditanyakan riwayat penggunaan obat sebagai berikut:
- Analog vasopressin, seperti desmopressin dan oksitosin
- Perangsang pelepasan vasopresin atau memperkuat efek vasopresin, seperti serotonin selective reuptake inhibitor (SSRI) dan antidepresan morfin atau opioid lainnya
- Pengenceran urin, seperti diuretik
- Carbamazepine atau analognya, vincristine, nikotin, antipsikotik, chlorpropamide, siklofosfamid, dan obat antiinflamasi nonsteroid (OAINS)
- Methylenedioxymethamphetamine (MDMA) atau ekstasi[1,12,13]
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan general termasuk tanda dehidrasi, gagal jantung, dan gagal ginjal. Selain itu pemeriksaan status neurologis, yaitu tingkat kesadaran, status mental, dan gangguan motorik.[1,26,28]
Diagnosis Banding
Diagnosis banding hiponatremia dikaitkan dengan tingkat osmolalitas dan gejala yang dikeluhkan. Penyakit di bawah ini dapat menyebabkan hiponatremia:
- Hiperglikemia
- Mannitol overdose
- Hiperlipidemia
- Hiperproteinemia
- Hipotiroidisme
- Dehidrasi
- Perdarahan
- Congestive heart failure
- Sirosis hepatis[1,2]
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang hiponatremia yang utama adalah pemeriksaan serum natrium. Pemeriksaan osmolalitas juga diperlukan untuk mengetahui apakah hiponatremia hipotonik, isotonik, atau hipertonik. Pemeriksaan penunjang lainnya dapat dilakukan untuk membantu menegakkan penyakit yang mendasari hiponatremia.[1-3,11]
Pemeriksaan Serum Natrium
Pemeriksaan serum natrium bertujuan untuk menegakkan diagnosis hiponatremia, dan menentukan tingkat keparahan. Kadar natrium normal adalah 135−145 mEq/L. Hiponatremia diklasifikasikan menjadi ringan (130−134 mEq/L), sedang (125−129 mEq/L), dan berat (<125 mEq/L).[1-3,11]
Pemeriksaan Osmolalitas
Pemeriksaan osmolalitas serum dan urin dapat memberi informasi ketidakseimbangan air dan elektrolit, menilai kemampuan ginjal memekatkan urin, dan menilai abnormalitas ADH (anti diuretik hormon).[1,2,6,11]
Pemeriksaan osmolalitas plasma digunakan untuk membedakan antara hiponatremia hipertonik, isotonik, dan hipotonik. Pasien true hiponatremia adalah kondisi hipotonik. Untuk mengetahui hiponatremia hipotonik, perlu dilakukan pemeriksaan osmolalitas urin. Osmolalitas urin penting untuk mengetahui kemampuan ginjal memekatkan urin, selain monitor keseimbangan cairan dan elektrolit.[1,2,6,11]
Berikut adalah klasifikasi tingkat osmolalitas:
- hipoosmolar: nilai osmolalitas <280 mOsm/kg
- Isoosmolar: nilai osmolalitas 280‒295 mOsm/kg
- Hiperosmolar: nilai osmolalitas >295 mOsm/kg [1,2,11]
Pemeriksaan Lain
Pemeriksaan laboratorium yang dilakukan untuk menyingkirkan diagnosis banding penyebab hiponatremia di antaranya tes serum thyroid stimulating hormone (TSH), fungsi ginjal, dan fungsi hati. Sedangkan pemeriksaan pencitraan misalnya rontgen kepala untuk mengetahui brain injury yang dapat menyebabkan cerebral salt wasting (CSW), serta rontgen toraks untuk melihat pembesaran jantung pada congestive heart failure dan kondisi paru-paru.[1,2,6,16]