Epidemiologi Hiponatremia
Epidemiologi hiponatremia secara global cukup tinggi, bahkan banyak pasien yang harus menjalani rawat inap dalam proses penyembuhannya. Angka insidensi di setiap wilayah berbeda-beda, dengan mortalitas akibat hiponatremia berat cukup tinggi.[13,15-17]
Global
Angkatan bersenjata Amerika Serikat, pada tahun 2003−2018, melaporkan 1.579 kasus hiponatremia di antara anggota saat beraktivitas berat. Tingkat insiden keseluruhan secara kasar adalah 7,2 kasus/100.000 orang/tahun.[2]
Mohan et al melakukan penelitian cross-sectional berbasis populasi di Amerika Serikat, terhadap 14.697 orang dewasa usia ≥18 tahun pada tahun 1999−2004. Prevalensi hiponatremia sebanyak 1,72%. Prevalensi hiponatremia secara signifikan lebih tinggi pada wanita daripada pria (2,1% vs 1,3%,) dan bertambah seiring bertambahnya usia. Hiponatremia lebih sering terjadi pada penderita hipertensi, diabetes mellitus, penyakit arteri koroner, stroke, penyakit paru obstruktif kronik, kanker, dan gangguan kejiwaan.[16]
Pérez-Piaya et al melakukan penelitian terhadap 256 bayi prematur yang dirawat di ruang intensif neonatal di rumah sakit di Madrid Spanyol, antara Januari 2016 ‒ Juni 2018. Hiponatremia terjadi pada 81 bayi (31,64%) dari seluruh bayi prematur yang diperiksa (sebanyak 50% terjadi pada bayi yang lahir saat usia kehamilan <30 minggu). Kasus hiponatremia berat-sedang (<130 mEq/L) sebesar 17,3%. Hiponatremia yang terjadi pada 12 jam pertama kehidupan sebanyak 22,64%.[15]
Gang et al melakukan penelitian retrospektif di rumah sakit di China. Sampel adalah 20.534 pasien usia 18−90 tahun yang dirawat pada bulan November 2011−April 2012. Sebanyak 692 pasien mengalami hiponatremia, dan 60.26% adalah laki-laki.[18]
Indonesia
Belum terdapat data epidemiologi hiponatremia di Indonesia secara nasional. Sedangkan hasil penelitian pada rumah sakit berbeda-beda, karena dipengaruhi oleh faktor risiko.[19-21]
Golden et al pada bulan Oktober 2018−Mei 2019, di unit gawat darurat dan rawat inap bedah rumah sakit Sanglah, Bali meneliti tentang faktor intrakranial dan ekstrakranial menyebabkan traumatic brain injury (TBI). Salah satu faktor ekstrakranial yang memperburuk prognosis TBI adalah sindrom cerebral salt wasting (CSW). Penelitian mendapatkan 70 pasien TBI, di mana 30 pasien (42,8%) TBI sedang dan berat mengalami CSW. Pada kelompok yang mengalami CSW, pasien yang mengalami hiponatremia ringan sebanyak 90%, sedangkan pada kelompok yang tidak mengalami CSW memiliki konsentrasi serum natrium normal.[19]
Septhiandi et al melakukan penelitian di rumah sakit Dr. Cipto Mangunkusumo Jakarta tahun 2015. Subjek sebanyak 90 pasien anak usia 1 bulan−18 tahun yang menjalani operasi mayor dan masuk perawatan intensif. Hasil penelitian menunjukkan insiden hiponatremia pasca operasi sebesar 28,9%, di antaranya hiponatremia sedang-berat (11,1%). Rerata kadar natrium pasca operasi (130,1±4,1 mEq/L). Hampir semua subjek mendapatkan cairan hipotonik pasca operasi (93,3%).[20]
Tambajong et al melakukan penelitian di dua rumah sakit di Manado. Sampel penelitian adalah 35 pasien penyakit ginjal kronis stadium 5 non-dialisis. Hasil penelitian mendapatkan 19 pasien (54,3%) mengalami hiponatremia.[21]
Mortalitas
Angka mortalitas hiponatremia berbeda di setiap tempat. Hiponatremia merupakan salah satu prediktor mortalitas. Penelitian oleh Gang et al menuliskan bahwa mortalitas di rumah sakit adalah 2,14% dengan hiponatremia ringan, 5% hiponatremia sedang, dan 10,87% hiponatremia berat.[18]
Vitasari et al. melakukan penelitian di RSUP Dr. Kariadi Semarang pada April ‒ Agustus 2017. Sampel 38 pasien mengalami gagal jantung, yang dibagi dalam 2 kelompok. Kelompok pertama memiliki kadar natrium >135 mEq/L sebanyak 20 pasien (52,6%), dan kelompok kedua 136‒145 mEq/L sebanyak 18 pasien (38,4%). Pada pasien gagal jantung dengan kadar natrium rendah memiliki risiko sebesar 6 kali untuk terjadi mortalitas dibandingkan pasien gagal jantung dengan kadar natrium normal.[22]
Arun et al melakukan penelitian dengan melibatkan 45.693 pasien rawat di rumah sakit di New York antara Januari 1996−Desember 2007. Hasil penelitian menemukan 53 pasien meninggal dengan kadar serum natrium <120 mEq/L. Angka kematian meningkat disebabkan konsentrasi natrium turun, kematian meningkat menjadi 10% saat serum natrium dari 134 menjadi 120 mEq/L.[23]
Fatmawati et al menunjukkan bahwa hiponatremia merupakan faktor prognosis mortalitas pada penderita meningoensefalitis. Studi melibatkan 189 pasien rawat inap di rumah sakit Dr. Sardjito Yogyakarta. Sebanyak 5,3% pasien mengalami hiponatremia berat, 20,6% hiponatremia sedang, dan 25,4% hiponatremia ringan. Ditemukan bahwa mortalitas pada pasien dengan hiponatremia 2,76 kali lebih tinggi daripada pasien dengan kadar natrium normal.[24]
Hao et al melakukan studi kohort terhadap 154.378 pasien dewasa rawat di rumah sakit Pendidikan di Beijing, pada tahun 2008−2012. Pasien yang terdiagnosis hiponatremia 0.26% (394 pasien). Mortalitas di rumah sakit adalah 0,48% pada pasien tanpa hiponatremia, 3,57% dengan hiponatremia 130-134 mEq/L, dan 20,23% dengan hiponatremia <120 mEq/L. Risiko kematian meningkat dengan meningkatnya keparahan hiponatremia.[25]