Pendahuluan Sindrom Nefrotik
Sindrom nefrotik adalah kumpulan gejala yang disebabkan oleh proteinuria masif, diikuti dengan hipoalbuminemia, hiperlipidemia, edema, dan komplikasi lainnya akibat adanya peningkatan permeabilitas pada glomerulus ginjal. Sindrom nefrotik dapat disebabkan oleh etiologi primer berupa penyakit ginjal intrinsik, ataupun akibat etiologi sekunder seperti infeksi, diabetes, lupus eritematosus sistemik, neoplasia, atau penggunaan obat tertentu.[1,2]
Gejala awal sindrom nefrotik pada anak umumnya berupa edema pada wajah yang kemudian menyebar ke seluruh tubuh. Orang dewasa dapat datang dengan edema dependen. Fitur umum lainnya adalah kelelahan, kehilangan nafsu makan, busa pada urin, sesak napas, malnutrisi protein, ascites, serta adanya efusi pleura.
Pemeriksaan penunjang pada sindrom nefrotik akan menunjukkan proteinuria masif (≥ 3,5 g per 24 jam), hipoalbuminemia (≤ 3,0 g/dL), serta dislipidemia. Pasien juga bisa mengalami penurunan serum kreatinin dan serum albumin. Diagnosis definitif sindrom nefrotik dilakukan dengan biopsi ginjal.[1-3]
Prinsip tata laksana umum sindrom nefrotik adalah mengatasi proteinuria, hipertensi, dan edema yang dialami pasien. Pada kasus sindrom nefrotik anak, terapi yang diberikan adalah imunosupresan seperti kortikosteroid. Pada pasien dewasa, penggunaan imunosupresan tidak memiliki bukti memberikan manfaat.
Pasien juga dapat diberikan diuretik untuk mengurangi retensi cairan. Furosemide dan spironolactone merupakan agen yang sering digunakan. Bila ascites sangat berat, dapat diperlukan parasentesis abdomen. Antibiotik profilaksis juga mungkin diperlukan.[1-4]
Penulisan pertama oleh: dr. Karina Sutanto