Etiologi Plasenta Akreta
Etiologi plasenta akreta paling sering berkaitan dengan riwayat operasi caesar sebelumnya. Kemungkinan besar, hal ini disebabkan oleh plasentasi yang abnormal secara sekunder karena hilangnya desidua pada bekas luka operasi caesar. Faktor risiko lain berkaitan dengan plasenta akreta yaitu usia ibu lanjut dan multiparitas.
Plasenta previa terjadi sekitar 80% dari kasus plasenta akreta. Plasenta akreta juga berkaitan dengan jenis operasi uterus lainnya seperti miomektomi, kuretase uterus, histeroskopi, ablasi endometrium sebelumnya, embolisasi uterus, dan iradiasi pelvis.[1]
Faktor Risiko
Faktor risiko terjadinya plasenta akreta yaitu hal-hal yang menimbulkan jaringan parut pada uterus. Faktor yang berhubungan secara independen terhadap plasenta akreta yaitu riwayat persalinan caesar sebelumnya, dilatasi dan kuretase, operasi histeroskopi, embolisasi arteri uterina, kehamilan melalui teknologi reproduksi terbantu, dan adanya plasenta previa selama kehamilan.[4]
Kondisi lain seperti riwayat tindakan manual plasenta, kuretase, dan endometritis lebih mungkin mengakibatkan plasentasi yang tidak melekat secara normal. Selain itu, bekas luka bedah yang lebih tebal berkaitan dengan tidak adanya re-epitelisasi endometrium dan remodeling vaskular di sekitar bekas luka. Hal ini dapat menyebabkan plasentasi invasif baik inkreta maupun perkreta.[3,7]
Penelitian terbaru banyak membahas tentang peran in vitro fertilization (IVF) sebagai faktor risiko plasenta akreta. Lingkungan hormonal yang diadakan saat implantasi dengan cara IVF dapat meningkatkan invasi trofoblas dan menyebabkan plasenta akreta. Plasentasi yang tidak normal kemungkinan merupakan efek dari peningkatan serum estrogen pada saat implantasi embrio.[3]