Prognosis Plasenta Akreta
Prognosis plasenta akreta tergantung pada tingkat keparahan dan ada-tidaknya manajemen sejak masa antenatal. Risiko komplikasi plasenta akreta yang harus diwaspadai adalah perdarahan masif yang bisa menyebabkan syok hipovolemik dan kematian.[1,15,16]
Komplikasi
Komplikasi plasenta akreta yang paling sering yaitu adanya perdarahan pascapersalinan yang hebat. Kehilangan darah lebih tinggi terjadi pada pasien dengan riwayat operasi uterus.[1,15,16]
Perdarahan pascapersalinan dapat berkaitan dengan hipoperfusi intraoperatif, syok hipovolemik, transfusi, kelebihan cairan pascaresusitasi, dan disseminated intravascular coagulation (DIC). Transfusi diperlukan pada 80% kasus, sedangkan DIC terjadi pada 28% kasus.
Pada spektrum plasenta akreta, pasien harus terus dipantau di ICU setelah operasi untuk observasi komplikasi terkait perdarahan. Komplikasi lain yaitu kerusakan struktur di sekitar rahim. Sistostomi yang tidak disengaja dapat terjadi selama prosedur. Cedera ureter juga dapat terjadi saat adanya kesulitan teknis ketika histerektomi.
Morbiditas dan mortalitas neonatal dapat disebabkan oleh kelahiran prematur. Selain itu, perdarahan pada ibu dapat mengakibatkan penurunan oksigenasi pada janin.[1,18]
Prognosis
Prognosis plasenta akreta bergantung pada jenis dan luas invasi. Pasien yang mengalami plasenta perkreta memiliki risiko komplikasi yang lebih tinggi bila dibandingkan dengan plasenta akreta dan plasenta inkreta. Pasien dengan plasenta perkreta memiliki tingkat cedera ginjal dan saluran kemih yang lebih tinggi.
Selain itu, pasien dengan plasenta perkreta memiliki risiko lebih tinggi terhadap perawatan ICU, dan kebutuhan akan produk darah tambahan. Prognosis juga akan lebih baik pada pasien yang mengalami plasenta akreta saja tanpa adanya plasenta previa.
Pada pasien dengan plasenta akreta yang juga mengalami plasenta previa, risiko perdarahan lebih tinggi dan kemungkinan untuk menjalani histerektomi akan lebih tinggi. Keduanya berkontribusi terhadap morbiditas maternal.[1,18]