Diagnosis Opioid Use Disorder
Diagnosis opioid use disorder atau penyalahgunaan opioid bisa ditegakkan jika ditemukan pola penggunaan opioid yang bermasalah ditandai sedikitnya dua gejala dalam 12 bulan, seperti loss of control, craving, kegagalan memenuhi kewajiban, penggunaan berisiko, serta tanda toleransi dan withdrawal. Evaluasi juga mencakup riwayat penggunaan opioid, pemeriksaan status mental, skrining komorbiditas psikiatrik, serta tes toksikologi urin.[4,7]
Anamnesis
Pada anamnesis opioid use disorder atau penyalahgunaan opioid harus ditanyakan gejala apa yang dialami pasien, onset gejala, dan upaya pengobatan yang sudah dilakukan. Penting juga untuk mengetahui obat-obatan rutin yang digunakan pasien, riwayat alergi, kehamilan, dan riwayat penyakit keluarga.
Beberapa riwayat penyakit pasien yang penting untuk digali adalah penyakit menular seperti hepatitis, HIV, dan tuberkulosis. Pada pasien dan keluarganya juga harus ditanyakan mengenai riwayat trauma, gangguan psikiatris, perilaku penyalahgunaan narkoba sebelumnya, perilaku kecanduan saat ini, serta upaya pengobatan yang dilakukan, termasuk upaya farmakologis dan terapi.
Selain itu juga perlu dilakukan identifikasi kondisi sosial lingkungan pasien untuk dapat mengetahui faktor-faktor yang mendukung dan menghambat upaya pengobatan. Anamnesis juga dilakukan menyangkut penyalahgunaan opioid dan zat lain, termasuk jenis dan jumlah opioid yang digunakan, rute penggunaan, waktu, jumlah, dosis dan cara penggunaan opioid terakhir.[5]
Pemeriksaan Fisik
Temuan pemeriksaan fisik pasien dengan opioid use disorder atau penyalahgunaan opioid berbeda-beda tergantung apakah pasien datang dalam tahap ketergantungan, intoksikasi, atau withdrawal. Pemeriksaan juga dapat berbeda tergantung rute penggunaan opioid, apakah dihisap atau disuntik.
Ketergantungan
Pada pemeriksaan dermatologi dapat ditemukan abses, ruam, selulitis, skar, dan tanda penggunaan jarum berulang.
Pada pemeriksaan THT dapat ditemukan perforasi membran timpani, otitis media, rhinorrhea, ekskoriasi bahkan perforasi septum nasal, epistaksis, atau laringitis.
Pada regio oral dapat ditemukan higienitas buruk, abses, dan masalah gusi.
Pasien dengan ketergantungan akan menunjukkan gejala mirip depresi, misalnya gangguan tidur, suicidal ideation, atau kurangnya minat.[5,16]
Intoksikasi
Pasien intoksikasi dapat datang dengan penurunan kesadaran, mulai dari somnolen hingga koma. Temuan pemeriksaan fisik lain adalah pupil pinpoint. Pada pemeriksaan tanda vital dapat ditemukan penurunan frekuensi pernapasan. Pada kasus yang berat dapat ditemukan tanda berupa sianosis, bradikardia, dan hipotermia. Pada beberapa kasus dapat terjadi kematian akibat depresi pernapasan.
Pada kasus intoksikasi juga dapat ditemukan tanda berupa gerakan kepala mengangguk berulang-ulang, gerakan menggaruk akibat pelepasan histamin, dan penurunan kelopak mata.[5]
Sindrom Putus Obat
Pasien dengan sindrom putus obat atau withdrawal dapat menunjukkan tanda disorientasi, agitasi, dan agresi. Manifestasi fisik dapat berupa takikardia, peningkatan tekanan darah, piloereksi, lakrimasi, iritabilitas, dan gangguan gastrointestinal.[16-18]
Kriteria Diagnosis
Penegakan diagnosis penyalahgunaan opioid dapat dilakukan berdasarkan kriteria DSM V. Terdapat 11 gejala yang ditanyakan dalam 12 bulan terakhir, yaitu:
- Sengaja menggunakan opioid dalam jumlah lebih besar atau dalam waktu yang lebih lama daripada yang dibutuhkan
- Ada rasa ingin mengonsumsi terus menerus yang persisten, tidak dapat dikendalikan atau dikurangi
- Menghabiskan waktu berlebihan untuk mendapatkan, mengonsumsi, atau pulih dari pengaruh opioid
- Keinginan yang besar untuk mengonsumsi opioid terus menerus
- Penggunaan opioid yang rekuren, menyebabkan ketidakmampuan untuk memenuhi tanggung jawab pekerjaan, rumah, dan sekolah
- Terus menerus menggunakan opioid walaupun menyebabkan gangguan dalam hubungan sosial dan interpersonal
- Partisipasi dalam aktivitas rekreasional, sosial, dan okupasional yang penting, menjadi berkurang akibat penggunaan opioid
- Penggunaan opioid rekuren dalam situasi yang membahayakan fisik
- Terus menggunakan opioid walaupun menyadari adanya gangguan fisik atau psikologis yang disebabkan oleh efek opioid
- Terjadi toleransi, yang ditandai oleh salah satu dari: (1) Kebutuhan yang secara jelas meningkat untuk mendapatkan efek yang diharapkan atau intoksikasi; (2) Efek yang secara jelas berkurang apabila opioid digunakan dalam dosis yang sama dengan sebelumnya secara kontinyu.
- Terjadi withdrawal atau putus obat, yang ditandai oleh salah satu dari: (1) Gejala khas sindrom putus obat opioid; (2) Obat yang sama atau mirip dibutuhkan untuk menghilangkan gejala putus obat.
Menurut kriteria tersebut opioid use disorder dapat dapat digolongkan menjadi ringan (2-3 gejala), sedang (4-5 gejala), dan berat (6 atau lebih gejala).[6]
Pemeriksaan Penunjang
Penegakan diagnosis dapat ditunjang dengan penemuan komponen opioid pada urin. Pemeriksaan urin dapat dilakukan dalam 1-3 hari pasca penggunaan opioid. Namun, tes urin yang negatif tidak secara langsung mengeksklusi penggunaan opioid. Deteksi juga bisa dilakukan melalui saliva, darah, dan helai rambut.
Pada pengguna intravena, sebaiknya dilakukan skrining terhadap HIV dan Hepatitis B.[5]
Objective Opioid Withdrawal Assessment Scale
Objective opioid withdrawal assessment scale (OOWS) dapat digunakan untuk mengukur keparahan gejala pada pasien dengan sindrom putus obat (withdrawal) opioid. Sistem skoring ini biasanya digunakan pada pemantauan pasien yang mendapatkan terapi buprenorfin.
OOWS dinilai dengan melakukan observasi pada pasien selama 5 menit, kemudian menilai apakah gejala ada atau tidak sesuai sistem skoring. Semakin tinggi total skor yang didapat, semakin berat gejala pasien.[7,18]
Tabel 1. Objective Opioid Withdrawal Assessment Scale
| Gejala | Skor |
| Menguap | Tidak ada: 0 Ada: 1 |
| Rhinorrhea | <3 kali menyedot ingus: 0 >3 kali menyedot ingus: 1 |
| Piloereksi | Tidak ada: 0 Ada: 1 |
| Perspirasi | Tidak ada: 0 Ada: 1 |
| Lakrimasi | Tidak ada: 0 Ada: 1 |
Tremor tangan | Tidak ada: 0 Ada: 1 |
| Midriasis | Tidak ada: 0 ≥3mm: 1 |
| Hot atau cold flushes | Tidak ada: 0 Menggigil atau berdempetan mencari kehangatan: 1 |
| Restlessness | Tidak ada: 0 Sering berubah posisi: 1 |
| Muntah | Tidak ada: 0 Ada: 1 |
| Otot berkedut | Tidak ada: 0 Ada: 1 |
| Kram perut | Tidak ada: 0 Memegangi perut: 1 |
| Ansietas | Tidak ada: 0 Ringan-berat:1 |
Direvisi oleh: dr. Bedry Qintha