Pedoman Klinis Rontgen Pelvis
Pedoman klinis rontgen pelvis atau panggul mencakup pengaturan posisi yang baik ketika melakukan pengambilan gambar. Proyeksi anteroposterior dengan pasien supinasi adalah yang paling sering dipakai secara klinis, tetapi proyeksi lain dapat dipilih sesuai kebutuhan.[1-5,12]
Memastikan Indikasi Medis yang Tepat
Sebelum melakukan rontgen pelvis, pastikan bahwa rontgen dilakukan untuk tujuan diagnostik yang tepat, seperti menilai fraktur, dislokasi, atau kelainan anatomis lainnya, dan hanya dilakukan jika hasilnya akan mempengaruhi manajemen pasien. Ini bertujuan untuk meminimalkan paparan radiasi yang tidak perlu dan memastikan bahwa tindakan ini sesuai dengan kebutuhan klinis.[1-5,12]
Perhatian Terhadap Posisi dan Prosedur Pemeriksaan
Selanjutnya, pastikan pasien dalam posisi yang tepat, seperti supinasi untuk proyeksi anteroposterior atau posisi yang sesuai untuk proyeksi lain, untuk menghindari artefak dan memastikan visualisasi struktur penting, termasuk sendi sakroiliaka dan acetabulum.
Selain itu, semua benda logam yang dapat mengganggu pencitraan harus dihilangkan, dan pasien harus diberi tahu tentang apa yang akan terjadi selama prosedur untuk meminimalkan kecemasan dan gerakan yang tidak diinginkan.[1-5,12]
Kualitas Gambar
Parameter yang menunjukkan bahwa rontgen pelvis yang diambil memiliki kualitas yang baik meliputi ketajaman gambar, kontras, dan posisi anatomi yang tepat. Gambar harus jelas dan tidak buram, dengan detail anatomi yang terlihat jelas, termasuk menunjukkan struktur tulang pelvis seperti os ilium, os ischium, dan os pubis, serta sendi sakroiliaka dan femoropelvik.
Jika gambar tidak memadai atau tidak menunjukkan informasi yang cukup, dokter harus mempertimbangkan untuk melakukan pemeriksaan tambahan atau menggunakan metode pencitraan alternatif, seperti CT scan, untuk mendapatkan informasi yang lebih rinci.[1-5,12]
Pemeriksaan pada Ibu Hamil
Pemeriksaan rontgen pelvis pada ibu hamil perlu mempertimbangkan risiko dan manfaat dengan cermat, karena paparan radiasi berisiko menyebabkan kelainan pada janin meskipun risikonya kecil. Rontgen pelvis harus dilakukan hanya jika indikasi klinisnya kuat dan alternatif non-radiasi tidak memungkinkan.
Jika pemeriksaan rontgen diperlukan, teknisi radiologi harus menggunakan teknik perlindungan yang sesuai, termasuk penggunaan apron pelindung jika memungkinkan untuk meminimalkan paparan radiasi pada janin. Beberapa literatur menyebutkan bahwa risiko tertinggi ada pada usia kehamilan antara 2-7 minggu tetapi ada juga yang menyebutkan pada 8–15 minggu.[6,7]