Etiologi Ankle Sprain
Dasar etiologi ankle sprain adalah adanya stres mekanik yang melebihi kekuatan kapsul sendi dan ligamen-ligamen pada pergelangan kaki. Faktor risiko ankle sprain terbagi menjadi faktor intrinsik, sepertinya kurangnya propriosepsi, dan faktor ekstrinsik misalnya terjadi trauma.
Etiologi
Etiologi dari ankle sprain merupakan akibat dari gerakan pergelangan kaki yang melebihi kekuatan ligamen pergelangan kaki. Ankle sprain paling banyak melibatkan cedera pada anterior talofibular ligament atau ATFL, dan calcaneofibular ligament atau CFL.
Chronic ankle instability atau ankle sprain yang berulang kemungkinan terjadi akibat timbulnya jaringan parut dalam proses penyembuhan ligamen saat ankle sprain pertama. Akibatnya, terjadi kelemahan menetap pada ligamen.[4,8]
Faktor Risiko
Terdapat berbagai faktor yang berkontribusi dalam terjadinya ankle sprain. Secara umum, faktor-faktor tersebut dibagi menjadi 2, yaitu faktor intrinsik dan faktor ekstrinsik.
Faktor Intrisik
Faktor intrinsik timbul akibat kondisi fisik masing-masing pasien, misalnya adanya keterbatasan range of movement (ROM) dorsofleksi, berkurangnya propriosepsi, dan kurangnya kontrol postur tubuh atau keseimbangan. Tidak hanya itu, tonus otot yang buruk, pemendekan atau kontraksi pada tendon, dan kurangnya latihan fisik juga meningkatkan risiko ankle sprain.[2,3]
Faktor Ekstrinsik
Kecelakaan atau trauma yang mengakibatkan stres mekanik berlebihan pada pergelangan kaki merupakan faktor ekstrinsik terjadinya ankle sprain. Obesitas juga membuat pasien lebih berisiko terkena ankle sprain, karena meningkatkan energi kinetik melebihi ambang kekuatan sendi-sendi.
Jenis olahraga yang dilakukan pasien berperan dalam terjadinya ankle sprain. Insidensi ankle sprain ditemukan paling tinggi terjadi akibat olahraga aeroball, basket, voli, field sports, dan memanjat/climbing. Faktor ekstrinsik lain adalah kebiasaan menggunakan sepatu bertumit tinggi.[2,3]
Direvisi oleh: dr. Livia Saputra