Diagnosis Leukoplakia Mulut
Diagnosis leukoplakia mulut perlu dicurigai jika pasien memiliki lesi putih pada rongga mulut yang tidak dapat dikerok. Evaluasi morfologi lesi dilakukan untuk membedakan bentuk homogen dan non-homogen, dengan perhatian khusus pada area berisiko tinggi seperti dasar mulut, ventral lidah, dan mukosa bukal. Diagnosis definitif memerlukan biopsi dan pemeriksaan histopatologi untuk menilai adanya displasia atau transformasi maligna.[11-13]
Anamnesis
Pada anamnesis, pasien umumnya mengeluhkan adanya plak putih pada mukosa mulut yang tidak dapat dikelupas dan sering asimtomatik, terutama pada tipe homogen. Namun, pada tipe non-homogen, pasien dapat melaporkan adanya rasa nyeri, sensasi terbakar, atau ketidaknyamanan, terutama jika terdapat area eritroplakia atau ulserasi.
Riwayat durasi dan perkembangan lesi perlu ditelusuri, termasuk perubahan ukuran, tekstur, atau munculnya gejala baru seperti perdarahan atau indurasi. Selain itu, gali juga faktor risiko seperti riwayat merokok aktif atau pasif, konsumsi alkohol, kebiasaan mengunyah tembakau, atau paparan iritan lain. Riwayat trauma mekanis kronis, penggunaan gigi tiruan yang tidak pas, serta adanya kondisi predisposisi seperti infeksi HPV juga perlu diperhatikan.[11-13]
Pemeriksaan Fisik
Leukoplakia akan tampak di intraoral, paling sering di mukosa bukal, lidah, dan dasar mulut. Gambaran lesi berupa bercak atau plak berwarna putih atau abu-abu terang yang tidak dapat dikelupas.
Pada palpasi, lesi dapat bersifat homogen dengan permukaan rata dan seragam, ataupun non-homogen dengan lesi yang bertekstur, nodular, atau bercampur dengan erosi dan eritroplakia. Jika sel-sel displastik sudah mulai muncul, maka biasanya akan dijumpai bercak merah menonjol.[11-13]
Diagnosis Banding
Lesi putih merupakan salah satu lesi yang sering dijumpai di mukosa mulut. Diagnosis banding yang perlu dipikirkan antara lain kandidiasis oral, leukoedema, dan frictional keratosis.[11-13]
Kandidiasis
Leukoplakia merupakan lesi putih yang tidak dapat dikerok. Ciri ini membedakan lesi ini dengan kandidiasis pseudomembranosa yang dapat dikerok dan meninggalkan permukaan eritematosa serta mudah berdarah di bawahnya.[11-13]
Leukoedema
Leukoplakia tidak menghilang jika mukosa diregangkan. Hal ini membedakannya dengan leukoedema dimana lesi akan hilang ketika mukosa ditarik ke dua sisi yang berlawanan.[11-13]
Frictional Keratosis
Leukoplakia yang terjadi akibat trauma lokal akan menetap lebih dari 2 minggu walaupun penyebab sudah dihilangkan. Hal ini membedakan dengan frictional keratosis yang akan hilang jika faktor penyebab dihilangkan.[11-13]
Morsicatio Buccarum atau Linea Alba
Leukoplakia sering ditemukan di mukosa bukal, dasar mulut, atau lidah dengan penampakan berupa plak atau bercak, bukan sebagai garis lurus. Hal ini akan membedakan dari morsicatio buccarum atau line alba yang juga terletak di mukosa bukal namun bentuknya memanjang dan mencetak dataran oklusal pasien.[11-13]
Luka Bakar Kimia
Leukoplakia tidak berkaitan dengan paparan zat kimia apapun. Hal ini akan membedakan leukoplakia dengan lesi yang disebabkan oleh bahan kimia (chemical burn) yang juga berwarna putih. Pada luka bahan kimia, biasanya akan disertai dengan riwayat kontak dengan zat kaustik.[11-13]
Pemeriksaan Penunjang
Umumnya, jika lesi putih bertahan lebih dari dua minggu, dan tidak hilang setelah faktor penyebab dieliminasi, maka dokter gigi perlu melakukan pemeriksaan penunjang guna menegakkan diagnosis. Pemeriksaan penunjang yang umum dilakukan adalah biopsi jaringan.[11-13]
Biopsi
Biopsi dilakukan untuk menilai potensi keganasan dan menentukan manajemen serta tindakan interseptif yang tepat. Jenis lesi yang sebaiknya dilakukan biopsi adalah lesi yang menunjukkan indurasi, eritroplasia, dan area yang mengalami erosi atau ulserasi. Jenis ini lebih memiliki kemungkinan untuk menunjukkan displasia dibanding lesi homogen.[11-13]
Sitologi
Pemeriksaan penunjang berikutnya adalah cytobrush dan liquid-based cytology (LBC). Metode pemeriksaan ini non-invasif dengan cara mengusap sel epitel di atas lesi menggunakan brush untuk analisis sitologi. Metode ini dapat digunakan sebagai tindakan skrining awal meskipun tidak menggantikan peran biopsi.[11-13]
Toluidine Blue Staining
Pewarnaan dengan toluidine blue dapat digunakan untuk mendeteksi area yang berpotensi mengalami displasia karena pada sel-sel displastik, toluidine biru akan diserap. Namun demikian, tingkat positif palsu dari pemeriksaan ini sangat tinggi.[11-13]