Epidemiologi Sindrom Ovarium Polikistik
Data epidemiologi memperkirakan sindrom ovarium polikistik atau polycystic ovarian syndrome/ PCOS dialami oleh lebih dari 116 juta atau sekitar 3,4% wanita di seluruh dunia. PCOS diperkirakan merupakan penyakit metabolik yang paling sering dialami wanita usia subur.[8-10]
Global
Prevalensi sindrom ovarium polikistik (PCOS) secara global diperkirakan sebesar 3,4%. Di Amerika Serikat, diperkirakan PCOS mempengaruhi sekitar 5 juta wanita usia reproduktif Pada beberapa penelitian di Eropa, prevalensi PCOS dilaporkan berkisar antara 6,5% hingga 8%.[1,3,8-10]
Pada sebuah kohort di Thailand, PCOS dilaporkan pada 15,5% pasien. Di Australia, prevalensi PCOS dilaporkan sebanyak 8,7%.[9,10]
Indonesia
Belum ada data resmi mengenai prevalensi nasional sindrom ovarium polikistik (PCOS) di Indonesia. Dalam sebuah studi di RS Cipto Mangunkusumo, diidentifikasi 105 pasien dengan PCOS. Dari jumlah tersebut, 94,2% pasien mengeluhkan oligo atau amenore, dan 32,4% mengalami hirsutisme. Mayoritas pasien, yaitu sebanyak 45,7%, berada dalam rentang usia 26-30 tahun.[16]
Mortalitas
Sebuah kohort tidak menemukan adanya peningkatan risiko mortalitas akibat sindrom ovarium polikistik (PCOS). Meskipun peningkatan kadar androgen pada PCOS sering dikaitkan dengan risiko kejadian kardiovaskular, studi ini juga tidak menemukan adanya peningkatan risiko bermakna.[17]
Meski demikian, PCOS dapat menyebabkan morbiditas bermakna. Pasien PCOS dapat mengalami infertilitas, gangguan toleransi glukosa, depresi, dan obstructive sleep apnea (OSA). PCOS juga telah dikaitkan dengan risiko kanker endometrium dan nonalcoholic fatty liver disease/ nonalcoholic steatohepatitis (NAFLD/ NASH).[1-3]
Penulisan pertama oleh: dr. Yelsi Khairani