Patofisiologi Sindrom Ovarium Polikistik
Patofisiologi dari sindrom ovarium polikistik atau polycystic ovarian syndrome/ PCOS diduga melibatkan defek primer pada aksis hipotalamus-hipofisis, sekresi dan aktivitas insulin, serta fungsi ovarium. Meskipun penyebab dasar PCOS tidak diketahui, PCOS telah dikaitkan dengan resistensi insulin dan obesitas, karena insulin membantu mengatur fungsi ovarium dan ovarium merespon kelebihan insulin dengan memproduksi androgen.[1-5]
Resistensi Insulin, Hiperinsulinemia, Serta Obesitas
Hiperinsulinemia dan resistensi insulin telah ditemukan berkaitan dengan manifestasi klinis sindrom ovarium polikistik (PCOS). Hiperinsulinemia dan resistensi insulin, seperti yang ditemukan pada pasien obesitas, dapat meningkatkan sekresi dari hormon androgen. Hal ini dikonfirmasi dengan adanya penurunan kadar androgen dan meningkatnya fungsi ovarium pada pasien yang mendapatkan terapi sensitisasi insulin.[6,7]
Resistensi Insulin dan Hiperinsulinemia
Resistensi insulin menyebabkan hipersekresi insulin kompensatorik untuk menjaga kondisi normoglikemik. Resistensi insulin pada PCOS dapat disebabkan kerusakan pada jalur pensinyalan reseptor insulin. Selain itu, resistensi insulin ini juga diketahui memiliki hubungan dengan adiponektin, hormon yang dihasilkan adiposit yang mengatur metabolisme lipid dan kadar glukosa.
Kondisi hiperinsulinemia mendorong produksi androgen dari ovarium dan dari kelenjar adrenal. Kadar insulin yang tinggi juga menekan produksi hormon SHBG (sex hormone binding globulin) yang diproduksi di hati. Kondisi ini turut memperburuk hiperandrogenemia karena meningkatkan proporsi androgen yang bersirkulasi bebas.[6,7]
Peran Obesitas
Di antara wanita dengan PCOS yang overweight atau obesitas, anovulasi dan abnormalitas siklus menstruasi dilaporkan lebih berat. Penurunan berat badan sebesar 5% terbukti dapat memperbaiki kondisi ini. Selain itu, wanita overweight dengan PCOS juga lebih sering mengalami komplikasi pada kehamilan.[6,7]
Peningkatan Kadar Luteinizing Hormone (LH)
Faktor lain yang mendorong produksi androgen dari ovarium adalah kadar LH yang tinggi dalam jangka waktu lama. Peningkatan LH yang berlebihan ini diduga merupakan hasil dari peningkatan frekuensi pulsasi GnRH dari hipotalamus. Lingkungan hormonal yang abnormal ini juga diduga mengakibatkan perkembangan folikel yang tidak sempurna sehingga menghasilkan morfologi ovarium polikistik.[6,7]
Sindrom Ovarium Polikistik dan Inflamasi
Sitokin merupakan protein pembawa sinyal yang disintesis oleh sel imun tipe spesifik yang memiliki pengaruh besar pada sel lain. Di ovarium, sel tersebut disekresikan oleh leukosit, oosit, dan sel folikular. Sitokin mengontrol sintesis dari steroid gonad, folikulogenesis, teroidogenesis, luteogenesis, proliferasi dari sel ovarium, oogenesis, keseimbangan hormon, dan fungsi dari korpus luteum.
Beberapa ekspresi dari sitokin yang proinflamasi meningkat pada pasien dengan sindrom ovarium polikistik (PCOS). Kondisi ini diduga menyebabkan ketidakseimbangan antara sitokin antiinflamasi dan proinflamasi yang berkontribusi lebih lanjut pada disfungsi ovarium. Selain itu, PCOS juga telah dilaporkan berhubungan dengan penyakit kardiovaskular dan diabetes mellitus tipe 2.[6,7]
Hiperandrogenisme Ovarium Fungsional
Manifestasi hiperandrogenisme ovarium fungsional (FOH) terjadi pada kebanyakan pasien dengan sindrom ovarium polikistik (PCOS). Pasien dengan FOH mengalami disregulasi sekresi androgen dan respon berlebih dari 17-hydroxyprogesteron (17-OHP) terhadap stimulasi gonadotropin. Penyebab disregulasi tersebut salah satunya adalah kelebihan insulin, yang mana dapat mensensitisasi ovarium terhadap Luteinizing Hormone (LH).[1,6]
Kelebihan androgen dapat meningkatkan perekrutan awal folikel primordial ke dalam growth pool. Secara bersamaan, hal ini dapat memulai luteinisasi prematur yang mengganggu pemilihan folikel dominan.[1,3]
Penulisan pertama oleh: dr. Yelsi Khairani