Pendahuluan PET Scan
PET (positron emission tomography) scan adalah teknik pemeriksaan radiologi yang banyak digunakan, misalnya untuk penentuan stadium berbagai kanker, termasuk kanker payudara, kanker tiroid, dan kanker pankreas. PET scan mengukur fungsi fisiologis melalui injeksi komponen radioaktif, deteksi radiasi, dan rekonstruksi distribusi radiotracer.
PET scan dapat menampakan aliran darah, metabolisme, neurotransmitter, dan obat yang diberi label radioaktif. Pemeriksaan ini mampu melakukan analisis kuantitatif, serta mampu memantau perubahan seiring waktu dan berjalannya proses penyakit. Pada praktiknya, PET scan sering dikombinasi dengan CT scan (PET-CT scan) untuk menghasilkan pencitraan yang lebih mendetail.[1,2]
Indikasi PET scan meliputi diagnosis dan staging pada bidang onkologi, misalnya kanker tiroid, kanker bronkus, kanker paru, atau deteksi metastasis pada kanker payudara. PET scan juga bisa digunakan pada berbagai kelainan neurologi dan inflamasi, seperti untuk evaluasi preoperatif pada pasien epilepsi, mendeteksi amyloid pada dementia, dan diagnosis osteomyelitis.[3]
Kontraindikasi PET scan adalah ibu hamil. Namun, pada kasus-kasus tertentu, PET scan tetap dapat dilakukan jika manfaat dianggap melebihi risiko. Usia kehamilan yang sensitif terhadap efek radiasi, terutama pada sistem saraf pusat, adalah 8-15 minggu, saat terjadinya migrasi dan perkembangan pesat sel-sel saraf.[4]
Sama seperti pemeriksaan radiologi lain yang menimbulkan paparan radiasi, komplikasi yang dapat terjadi dari pemeriksaan PET scan adalah risiko rendah terjadinya keganasan di kemudian hari. Selain itu, pasien yang baru menjalani pemeriksaan PET scan akan bersifat sedikit radioaktif selama beberapa jam.[2]
Direvisi oleh: dr. Dizi Bellari Putri