Pendahuluan Thalidomide
Thalidomide adalah agen imunomodulator yang digunakan untuk penanganan multiple myeloma, eritema nodosum leprosum, dan berbagai neoplasma. Thalidomide juga digunakan secara off label untuk graft versus host disease dan recurrent aphthous stomatitis.
Thalidomide awalnya digunakan sebagai sedatif dan antiemetik, tetapi menyebabkan insiden cacat lahir berat pada janin sehingga peredarannya dibatasi. Penggunaan thalidomide memerlukan perhatian khusus terhadap risiko teratogenik dan efek samping berat lain, seperti neuropati perifer dan tromboemboli.[1-3]
Thalidomide bekerja melalui mekanisme multifaktor yang melibatkan penghambatan angiogenesis, modulasi sitokin inflamasi, dan pengaruh pada microenvironment tumor. Thalidomide menghambat pembentukan pembuluh darah baru dengan menekan ekspresi vascular endothelial growth factor (VEGF) dan fibroblast growth factor (FGF).
Selain itu, thalidomide mengurangi produksi sitokin proinflamasi, seperti tumor necrosis factor-alpha (TNF-Ξ±), melalui interaksi dengan protein cereblon (CRBN), yang berperan dalam regulasi ubiquitin ligase kompleks. Mekanisme ini juga berkontribusi pada aktivitas imunomodulatornya, termasuk peningkatan fungsi sel T dan natural killer (NK). Efek tersebut menjadikan thalidomide efektif dalam kondisi seperti multiple myeloma dan erythema nodosum leprosum.[1-5]
Di Indonesia, thalidomide dan semua garamnya tidak memiliki izin edar dari Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM).[6]
Tabel 1. Deskripsi Singkat Thalidomide
Perihal | Deskripsi |
Kelas | Antineoplasma dan imunomodulator.[4] |
Subkelas | Imunosupresan.[4] |
Akses | Resep.[3-5] |
Wanita hamil | Kategori FDA: X.[3-5] Kategori TGA: X.[8] |
Wanita menyusui | Tidak diketahui apakah dikeluarkan ke ASI.[5] |
Anak-anak | Keamanan dan efikasi pada anak <12 tahun tidak diketahui.[5] |
FDA | Approved.[3] |
Β