Indikasi dan Dosis Thalidomide
Indikasi thalidomide adalah penanganan eritema nodosum leprosum dan multiple myeloma. Dosis umumnya berkisar antara 100-300 mg, tergantung dari indikasi dan kondisi masing-masing pasien.[4,5]
Eritema Nodosum Leprosum
Pada pasien dengan berat badan kurang dari 50 kg, dapat diberikan dosis rendah 100 mg/hari. Pada pasien dengan berat badan di atas 50 kg, dapat diberikan dosis inisial 100-300 mg/hari sekali sehari. Jika gejala sangat berat, dapat digunakan dosis hingga 400 mg/hari sekali sehari.
Lanjutkan terapi sampai tanda dan gejala aktif eritema nodosum leprosum sudah membaik, biasanya dalam ≥2 minggu terapi. Lalu, turunkan dosis secara perlahan, yakni sebanyak 50 mg setiap 2-4 minggu. Selama melakukan penurunan dosis, pastikan tidak ada gejala withdrawal ataupun rekurensi gejala.[5]
Multiple Myeloma
Thalidomide digunakan sebagai bagian dari terapi induksi untuk multiple myeloma, khususnya pada pasien yang baru terdiagnosis sebelum transplantasi sel punca. Kombinasi thalidomide dengan dexamethasone melibatkan pemberian thalidomide 200 mg/hari per oral bersama dexamethasone 40 mg/hari pada hari ke-1 hingga ke-4, ke-9 hingga ke-12, dan ke-17 hingga ke-20 dalam siklus 28 hari. Siklus ini diulang setiap 28 hari.
Kombinasi tiga obat, yaitu thalidomide, bortezomib, dan dexamethasone, memiliki beberapa variasi protokol. Salah satunya melibatkan dosis thalidomide 200 mg/hari bersama dengan bortezomib 1,3 mg/m² yang diberikan 2 kali seminggu secara intravena pada hari ke-1, 4, 8, dan 11, serta dexamethasone 40 mg/hari pada hari-hari tertentu dalam siklus 21 hari.[4,5]
Recurrent Aphthous Stomatitis (Off Label)
Untuk recurrent aphthous stomatitis, thalidomide digunakan dengan dosis oral 100–300 mg/hari selama 1–6 minggu. Durasi optimal terapi belum diketahui, dan relaps dapat terjadi setelah penghentian obat.[5]
Graft Versus Host Disease (Off Label)
Untuk graft-versus-host disease (GVHD), thalidomide telah digunakan dengan dosis oral 800 mg hingga 1,6 g per hari, sebagaimana dilaporkan dalam uji klinis. Durasi median terapi dalam studi tersebut adalah 240 hari.[5]
Penyesuaian Dosis
Tidak ada rekomendasi khusus penyesuaian dosis thalidomide pada pasien dengan gangguan fungsi hepar maupun ginjal. Modifikasi dosis thalidomide dilakukan berdasarkan tingkat keparahan efek samping. Jika terjadi efek samping derajat 3 atau 4, terapi harus dihentikan sementara, dosis dikurangi, atau obat dihentikan secara permanen.
Untuk efek samping seperti konstipasi, somnolen, atau neuropati perifer, terapi dapat dihentikan sementara dengan pertimbangan pengurangan dosis saat dilanjutkan kembali. Jika terjadi reaksi berat seperti angioedema, anafilaksis, eksfoliasi kulit, atau bullae, thalidomide harus dihentikan secara permanen.[5]
Catatan Khusus Penggunaan Thalidomide
Lakukan tes kehamilan sebelum memulai terapi. Tes dilakukan dua kali, yakni 10–14 hari sebelum terapi dan dalam 24 jam sebelum dosis pertama. Selain itu, lakukan pemeriksaan darah lengkap, hitung jenis, dan evaluasi faktor risiko tromboemboli. Terapi tidak boleh dimulai pada pasien dengan hitung neutrofil (ANC) <750/mm³.
Wanita usia subur yang mendapat thalidomide harus menjalani tes kehamilan setiap minggu pada bulan pertama, kemudian setiap 2 atau 4 minggu sesuai keteraturan siklus menstruasi. Pemantauan tambahan termasuk pemantauan bradikardia, sinkop, sindrom lisis tumor pada pasien dengan beban tumor tinggi, serta perubahan klinis yang dapat memicu kejang pada pasien dengan riwayat atau risiko kejang.
Pencegahan trombosis merupakan aspek penting dalam terapi thalidomide, terutama pada pasien dengan multiple myeloma. Berdasarkan pedoman International Myeloma Working Group (IMWG), pasien dengan ≤1 faktor risiko tromboemboli dapat menerima tromboprofilaksis menggunakan aspirin. Pada pasien dengan ≥2 faktor risiko, tromboprofilaksis menggunakan heparin berat molekul rendah (LMWH).[5]