Kontraindikasi dan Peringatan Asam Ursodeoksikolat
Kontraindikasi asam ursodeoksikolat adalah pada pasien dengan obstruksi bilier komplit. Peringatan diperlukan terkait terbentuknya asam litokolik dari asam ursodeoksikolat yang bersifat hepatotoksik.[2,5]
Kontraindikasi
Asam ursodeoksikolat dikontraindikasikan pada pasien yang memiliki hipersensitivitas atau intoleransi terhadap ursodiol, asam empedu, atau komponen lain dari formulasi obat ini. Selain itu, asam ursodeoksikolat tidak boleh digunakan pada pasien dengan obstruksi bilier total.
Penggunaannya juga tidak disarankan untuk melarutkan batu kolesterol yang terkalsifikasi, batu yang tampak pada pemeriksaan radiopak, atau batu empedu berpigmen yang tidak tampak pada radiografi. Asam ursodeoksikolat juga tidak boleh diberikan pada pasien yang memerlukan kolesistektomi, seperti pada kasus kolesistitis yang terus-menerus, kolangitis, obstruksi bilier, pankreatitis batu empedu, atau fistula bilier-gastrointestinal.[2,5]
Peringatan
Penggunaan asam ursodeoksikolat pada pasien dengan sirosis bilier primer memerlukan perhatian khusus, terutama bagi pasien yang mengalami komplikasi seperti perdarahan varises esofagus, ensefalopati hepatik, asites, atau yang memerlukan transplantasi hati darurat. Asam ursodeoksikolat dapat membentuk asam litokolik, yang merupakan hepatotoksin, meskipun pembentukan asam ini lebih rendah dibandingkan dengan chenodiol.
Pada penggunaan untuk pengobatan sirosis bilier primer, pemeriksaan fungsi hati seperti kadar γ-glutamiltransferase (GGT), fosfatase alkali, dan bilirubin perlu dilakukan setiap bulan selama tiga bulan pertama terapi, kemudian setiap enam bulan. Penurunan yang cepat dalam parameter ini menunjukkan keberhasilan terapi. Jika terjadi peningkatan signifikan dalam hasil tes fungsi hati pada pasien dengan nilai yang stabil sebelumnya, pertimbangkan untuk menghentikan pengobatan.
Selain itu, bagi pasien yang menggunakan asam ursodeoksikolat untuk disolusi batu empedu, pemantauan USG setiap enam bulan selama tahun pertama terapi diperlukan untuk mengevaluasi respons terhadap disolusi batu. Jika setelah 12 bulan tidak ada pelarutan sebagian atau lengkap, kemungkinan keberhasilan pengobatan akan berkurang drastis.[5]