Pengawasan Klinis Asam Ursodeoksikolat
Pengawasan klinis pada penggunaan asam ursodeoksikolat harus mencakup respon terapi dan pengawasan terhadap fungsi hati. Meski hepatotoksisitas cukup jarang terjadi dan obat ini umumnya dapat ditoleransi dengan baik, pengawasan terhadap fungsi hati tetap diperlukan secara berkala.[1,2,5]
USG Batu Empedu
Penggunaan asam ursodeoksikolat untuk disolusi batu empedu memerlukan pengawasan terkait perkembangan terapi. Pemantauan USG pertama harus dilakukan setelah 6 bulan pengobatan dan dilanjutkan setiap 6 bulan pada tahun pertama. Jika tidak ada disolusi sebagian atau lengkap dalam waktu 12 bulan, kemungkinan keberhasilan terapi akan menurun secara signifikan.
Setelah disolusi batu tercapai, pemeriksaan ulang dilakukan dalam 1-3 bulan untuk mengonfirmasi pelarutan total, dan pemeriksaan USG berkelanjutan perlu dilakukan untuk memantau kemungkinan kekambuhan batu empedu, yang dapat terjadi pada hingga 50% pasien dalam 5 tahun setelah terapi selesai.[5]
Pemantauan Parameter Fungsi Hepar
Pada pasien yang menjalani terapi asam ursodeoksikolat untuk sirosis bilier primer, pemantauan fungsi hati sangat penting untuk menilai keberhasilan pengobatan dan deteksi potensi komplikasi. Pemeriksaan fungsi hati seperti kadar γ-glutamiltransferase, fosfatase alkali, AST, ALT, dan bilirubin perlu dilakukan setiap bulan selama 3 bulan pertama terapi, dan dilanjutkan setiap 6 bulan setelah itu.
Penurunan yang signifikan dalam parameter ini menunjukkan bahwa terapi berhasil, sedangkan peningkatan yang tidak diinginkan dalam nilai tes fungsi hati pada pasien yang sebelumnya stabil memerlukan perhatian khusus dan dapat menjadi indikasi penghentian terapi.
Selain pemantauan fungsi hati, perhatian khusus perlu diberikan pada potensi risiko hepatotoksisitas yang terkait dengan pembentukan asam litokolik. Meskipun asam litokolik terbentuk dalam jumlah kecil selama metabolisme asam ursodeoksikolat, adanya kelainan dalam proses sulfatasi bisa meningkatkan risiko kerusakan hati.[5]